Sepak Bola Indonesia,
Cerita Syukur Latih Emil Audero Kecil, Gunakan Bola Plastik hingga Bambu sebagai Tiang Gawang - Halaman all - Tribunlombok

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Syukur (65) warga Lingkungan Kauman, Kecamatan Praya, Lombok Tengah menuturkan cerita masa lalunya saat bersama Emil Audero menggelar latihan sepak bola.
Ia mengenang masa kecil Emil Audero yang kerap dia ajak bermain bola dengan fasilitas seadanya.
Sosok Syukur ternyata bukan orang biasa. Syukur adalah seorang atlet berprestasi sepak bola NTB yang menepati posisi sebagai penjaga gawang.
Syukur dan tim pernah menjuarai berbagai kompetisi sepak bola, salah satunya adalah pekan olahraga pelajar seluruh Indonesia (POPSI) di Jakarta pada tahun 1980. Hal ini menjadi momen berkesan bagi Syukur karena mendali disematkan langsung oleh menteri Abdul Ghafur kala itu.
Berkat prestasi dan bakatnya menjadi seorang penjaga gawang, Syukur pernah mengikuti kompetisi di berbagai daerah di Indonesia. Bukan hanya menjadi seorang atlet sepa kbola, ternyata syukur juga menjadi atlet andalan NTB pada cabang olahraga voli dan atletik.
Bakat dan kemampuan Syukur tersebut, membuat anak yang lahir dari pasangan Edy Mulyadi dan Antonella Audero yaitu Emil Audero terpincut untuk mengikuti jejak Syukur dan berlatih menjadi seorang kiper kepada Syukur.
Syukur kepada Tribun Lombok menceritakan, Emil Audero senang kepada dirinya karena Syukur sering sekali latihan Voli sambil melihat Emil Audero menjadi penjaga gawang menggunakan bola plastik.
"Tiang gawangnya itu dia buat dari bambu. Itu jaman dulu itu. Dia itu suka latihan sepak bola di lapangan voli itu. Terus saya lihat kan, saya tendang bola itu kemudian dia tangkap bola," jelas Syukur saat ditemui Tribun Lombok, Senin (25/3/2025) malam.
Baca juga: Emil Audero Rajin Pulang Kampung saat Lebaran, Kumpul Bareng Keluarga di Kota Praya
Syukur menyebutkan, Emil Audero hanya menjadi seorang kiper tidak mau mencoba posisi yang lain ketika latihan sepak bola. Oleh karena itu, Syukur yang seorang atlet sepak bola NTB itu berpikir jika Emil Audero menjadi seorang kiper menggantikan dirinya.
Dengan pengalaman Syukur yang menjadi atlet sepak bola berprestasi, memantik semangat Emil Audero untuk berlatih. Kini, Syukur tak menyangka Emil Audero kecil yang selalu ia latih kini menjadi pemain sepak bola dunia dan menjadi penjaga gawang timnas Indonesia.
"Gak pernah nyangka dia itu. Tapi tingginya aja sampai 195 CM dia itu. Pernah saya minta sepatunya (pas pulang mudik lebaran) tau-tau ndak cukup karena ukurannya 45, ndak muat di kaki saya," jelas Syukur.
Ia bersyukur, anak didiknya yang ia latih kini banyak yang menjadi orang sukses. Banyak yang jadi polisi, tentara, sekolah kedinasan hingga menjadi pesepakbola profesional seperti Emil Audero.
Syukur menerangkan, jika Emil Audero mudik lebaran ke Praya, biasanya berkunjung ke Lapangan Bundar Praya untuk memantau anak-anak yang sedang bermain sepak bola. Mereka selanjutnya mengerumuni Emil Audero, minta berfoto dan lain sebagainya.
"Nanti saat lihat saya pasti salam dia nanti. Mungkin masih mengingat moment masa kecil bersama waktu itu," beber Syukur.
Syukur juga mengaku jika Emil Audero lumayan bisa menggunakan Bahasa Indonesia namun untuk Bahasa Sasak Emil Audero kurang lancar karena sudah lama meninggalkan kampung halaman.
Syukur menyebutkan, dirinya juga memiliki pengalaman panjang menjadi seorang penjaga gawang sampai pernah bermain di provinsi di Indonesia.
Salah satunya adalah pernah bermain sepakbola tahun 1985 dan berhasil mendapatkan penghargaan sebagai penjaga gawang terbaik.
"Waktu itu (di Timor Timur). Waktu itu ia mengikuti kompetisi dengan klub-klub dari Indonesia Bagian Timur. Alhamdulillah berhasil menjadi juara 3," jelas Syukur.
Syukur juga pernah menjadi perwakilan NTB dalam pekan olahraga pelajar seluruh Indonesia (POPSI) di Jakarta pada tahun 1980. Tim Syukur dan kawan-kawan berhasil menjadi juara yang diserahkan langsung oleh menteri pemuda dan olahraga Abdul Ghafur.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar