Peparnas 2024 - Kisah Bocah 12 Tahun Asal Papua Barat, Boccia Jadi Penolong, Terapi, hingga Obat Kesepian - Semua Halaman - Bolasport

 

Peparnas 2024 - Kisah Bocah 12 Tahun Asal Papua Barat, Boccia Jadi Penolong, Terapi, hingga Obat Kesepian - Semua Halaman - Bolasport

BOLASPORT.COM - Senyum semringah terpancar dari bocah 12 tahun atlet Boccia asal Papua Barat yakni Pieters Hans Ficktor Warikar.

Dia mendapat sorak-sorai dari penonton saat bertanding melawan atlet elite boccia Muhammad Bintang Satria Herlangga dalam ajang Pekan Paralimpiade Nasional atau Peparnas 2024.

Cabang olahraga Boccia digelar di GOR Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret Surakarta, di kawasan Stadion Manahan, Solo, Senin (7/10/2024).

Atlet boccia belia berusia 12 tahun tersebut datang dari ujung Indonesia, tepatnya dari Kota Manokwari, Papua Barat.

Peparnas 2024 merupakan kejuaraan nasional pertamanya sejak dikenalkan dengan olahraga boccia enam bulan lalu oleh sang ayah.

"Awalnya saya kenalkan dia olahraga boccia ini dari enam bulan yang lalu, karena ada event ini saya persiapkan dia untuk ikut," ucap ayah Pieters, Yerris Fernando Warikar.

"Lalu dari NPC Papua Barat menunjuk saya sebagai manajer tim, terlibat langsung dalam tim dan juga sebagai orang tua biar lebih paham keperluan mereka."

Baca Juga: Peparnas 2024 - Raih Medali Emas Pertama Para Renang, Pencapaian Istimewa Seorang Nelayan Sebelum Pensiun

Motif utama Yerris mengenalkan olahraga boccia kepada Pieters adalah sebagai bagian dari terapi, agar bisa meningkatkan kemampuan motorik dan daya berpikir.

"Awal mulanya kami di Papua Barat itu baru mengenal boccia kemarin di event PEPARNAS Papua 2021, anak saya belum ikut, lalu baru yang ke Solo ini ikut."

"Saya merasa tertarik dengan olahraga boccia, karena ini olahraga yang sangat membantu daya berpikir dan konsentrasi mereka lebih meningkat, khususnya bagi Cerebral Palsy yang mengalami gangguan motorik seperti Pieters," ucap Yerris.

Buah Ketekunan

Yerris menceritakan awal mula Pieters menjalani latihan boccia di Manokwari, tidak bisa memegang maupun melempar bola. Tangannya tak cukup kuat mengangkat bola boccia.

Namun karena hampir setiap hari melihat atlet lain berlatih, timbul semangat dan keinginan dari Pieters untuk bisa bermain, dan akhirnya ia mampu melempar bola dengan teknik lengan atas yang mengharuskannya mengangkat bola lebih dulu.

Tak hanya sang ayah, ibu Pieters bernama Sintia Iwanggin juga datang ke Solo mendampingi sang putra.

Sintia sempat tak kuasa menahan haru saat melihat anaknya bertanding. Sambutan dan dukungan suporter membuatnya merinding.

"Sempat kita terpikir bahwa karena kondisinya begini (Cerebral Palcy) takut dia kelelahan akhirnya khawatir, tapi ya rencana tuhan tidak ada yang tahu, tadi saya sempat nonton tapi saya harus keluar," kata Sintia.

"Saya lihat pas selesai kenapa anak saya di kasih dukungan suporter yang banyak. Saya terharu, mau menangis," ucap Sintia dengan mata berkaca-kaca.

Olahraga boccia ternyata membawa manfaat yang sangat besar bagi Pieters. Ibunya menyebut bahwa olahraga ini sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anaknya, hingga menjadi atlet untuk mewakili provinsi Papua Barat.

"Olahraga ini jadi terapi bagi Pieters, Dia menjadi anak yang lebih ceria, tadinya termenung, sering diam di rumah saja, tetapi setelah kenal dengan boccia dia jadi ceria, semangat lagi dan percaya diri," lanjut Sintia

Menimba Pengalaman

Terkait hasil di kejuaraan Peparnas 2024, baik Yerris maupun Sintia tidak berharap muluk-muluk.

Bagi mereka prestasi bukan target utama, namun jam terbang dan pengalaman lebih berharga untuk masa depan Pieters.

Yerris berharap kisah Pieters bisa membuka mata masyarakat tentang olahraga boccia khususnya di Kota Manokwari.

"Mungkin ada yang punya anak atau teman-teman yang seperti Pieters (Cerebral Palsy) ini harus terbuka jangan tinggal saja di rumah."

"Tetapi diajak untuk olahraga ini (boccia) karena ini bukan hanya olahraga tapi bisa mengasah kemampuan daya tangkap mereka" ujar Yerris

Technical Delegate Boccia yang juga pelatih Pelatnas, Argya Setya Wimala menyambut baik hadirnya atlet-atlet muda, sebagai bagian dari regenerasi.

"Sangat luar biasa, jadi ini merupakan salah awal untuk kita membuat ekosistem yang baik ya di boccia dari usia muda sampai usia berjenjang di atasnya kita punya database," kata Argya.

"Jadi ketika kita perlu regenerasi kita sudah punya data nih dari provinsi mana dan prestasi yang pernah di raih itu akan memudahkan kita menyusun kekuatan boccia Indonesia," ujarnya.

Pada ajang PEPARNAS 2024, Pieters mengikuti dua kategori berbeda.

Ia bisa berhadapan dengan Bintang Satria yang berstatus atlet Paralimpiade Paris 2024 karena mengikuti nomor pertandingankategori elite.

Setelah itu, ia akan berhadapan dengan atlet-atlet yang belum pernah tampil di level internasional dalam nomor pertandingan kategori nasional.

Baca Juga: Peparnas 2024 - Ammar Hudzaifah, Peraih Medali Emas Pertama dari Kontingen Jawa Tengah

Baca Juga

Komentar

Opsi Arena

 Pusatin Sports 


 Postingan Lainnya 

Informasi Olahraga Terbaru - Google Berita