Bagaimana Cara Menentukan Game Esports di Multievent?
Game yang dipertandingkan pada cabang olahraga Esports di multievent selalu berbeda-beda, dan tak ada ketentuan khusus mengenai pemilihannya. Sebagai cabor yang tergolong baru, game acap kali dipilih sesuai dengan kekuatan tuan rumah.
Sebagai gambaran, berdasarkan data Gaming Shift, saat ini terdapat lebih dari 1,1 juta game di seluruh dunia, yang meliputi game di komputer, console, hingga yang dimainkan di telepon genggam. Ini tentu berbeda dengan cabang olahraga lain yang tradisinya sudah terbentuk sejak ratusan tahun.
Mengingat usia Esports dipertandingkan di ajang olahraga tergolong seumur jagung dan masih terus mencari bentuk, belum ada pakem yang menjadi pegangan bersama.
Di kawasan Asia, Esports kali pertama dipertandingkan pada multievent yaitu saat Asian Games 2018 sebagai cabang olahraga ekshibisi.
Ada enam game yang dilombakan di cabor Esports pada Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia itu, yaitu Arena of Valor, Clash Royale, League of Legends, Starcraft II, Hearthstone, dan PES 2018.
Sedangkan pada SEA Games Filipina 2019, Esports mempertandingkan nomor: Tekken 7, Starcraft II, Hearthstone, Dota 2, Mobile Legends, dan Arena of Valor.
Sementara pada ekshibisi cabor Esports di PON Papua 2021 ada 3 game yang dipertandingkan yaitu PES 2021, Mobile Legends, dan Free Fire.
FOTO: Susah Payah Liverpool Singkirkan Inter Milan

Dewan Kehormatan IESPA, Eddy Lim, mengatakan game Esports yang masuk dalam nomor pertandingan multievent ditentukan lewat seleksi alam. Umumnya, game yang dipertandingkan merupakan game favorit yang banyak dimainkan oleh masyarakat di negara tuan rumah penyelenggara atau sekitarnya.
"Kalau gamenya populer, dia bisa masuk. Kayak Mobile Legends yang dipertandingkan di Esports multievent di Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara. Kalau Anda tanya di Eropa atau Amerika, Mobile Legends belum tentu dipertandingkan karena tidak populer di sana," kata Eddy Lim.
"Game cacing misalnya, bukan karena dia bukan kategori game Esports jadi enggak masuk, tapi karena tidak ada yang mau main game cacing untuk adu kepintaran. Dengan sendirinya enggak masuk game Esports," ucap Eddy menambahkan.
Menurut Eddy, itulah dinamika pada cabor Esports yang berbeda dengan olahraga lain yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun dipertandingkan.
"Tidak ada siapapun yang bisa menentukan game diakui sebagai Esports atau tidak. Mungkin nanti saat popularitas Dota, Mobile Legends sudah turun, dia bisa tergantikan sama yang lain," kata Eddy.
"Ini dinamikanya Esports. Beda sama olahraga yang lain yang seratus tahun bentuknya masih sama. Aturan mungkin berubah-berubah di tengah jalan, tapi sepak bolanya tetap," ucap Eddy memberikan contoh.
Senada dengan Eddy, Kabid Humas PB ESI Ashadi Ang juga mengatakan game yang dipertandingkan pada suatu kejuaraan ditentukan berdasarkan tingkat kepopuleran game di daerah tersebut.
"Jadi game yang dipertandingkan memang ditentukan berdasarkan game yang populer di daerah tersebut," ucap Ashadi Ang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar