Listrik di Stadion Manahan Sempat Padam Sebelum Derby Mataram Dimulai, PLN : Ada Gangguan Temporer - TRIBUNNEWS - Arenanews
powered by Surfing Waves

Post Top Ad

demo-image

Listrik di Stadion Manahan Sempat Padam Sebelum Derby Mataram Dimulai, PLN : Ada Gangguan Temporer - TRIBUNNEWS

Share This
Responsive Ads Here

 

Listrik di Stadion Manahan Sempat Padam Sebelum Derby Mataram Dimulai, PLN : Ada Gangguan Temporer - Halaman all

Suasana Stadion Manahan saat listrik padam sebelum pertandingan PSIM Vs Persis Solo, Selasa (12/10/2021).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sebuah insiden tak terduga terjadi di Stadion Manahan jelang Derby Mataram antara Persis Solo Vs PSIM Yogyakarta, Selasa (12/10/2021).

Listrik sempat padam beberapa menit. 

Menjelaskan hal tersebut, Supervisor Teknik PLN Manahan, Linggo mengatakan, hal tersebut lantaran ada gangguan.

"Tadi memang ada gangguan temporer, sehingga dilakukan penggantian hubungan kesatuannya karena sumber listrik yang menyuplai ke arah Stadion ada dua jadi kami alihkan," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Selasa (12/10/2021).

Linggo menjelaskan, pemadaman tidak berlangsung lama.

Pantauan di lapangan, listrik di Stadion Manahan padam sekitar 2-3 menit.

Sementara, saat laga berlangsung listrik sudah kembali normal, dan laga berjalan lancar. 

Pemadaman ini juga tidak hanya di Stadion Manahan, namun sebagian kawasan Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.

"Sudah normal semua ini, " ujarnya.

Linggo mengatakan, selama gelaran pertandingan di Stadion Manahan selalu ada tim untuk mengatasi adanya gangguan.

"Kami bagi 2 tim, totalnya 9 orang yang selalu menjaga di Stadion Manahan," ujarnya. 

Suporter Diamankan

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka kecewa dengan suporter Persis Solo karena nekat konvoi jelang laga Derby Mataram, Selasa (12/10/2021) sore. 

Laga Persis Solo Vs PSIM Yogyakarta digelar di Stadion Manahan Solo. 

Total sekitar 75 suporter dan 65 kendaraan bermotor diamankan di wilayah Kota Solo.

Saat ini pihak kepolisian masih melakukan pengamanan dan penjagaan di kawasan Stadion Manahan dengan total 750 personel. 

Setelah adanya kejadian itu, Wali kota Solo Gibran Rakabuming Raka langsung datang ke Stadion Manahan.

Mengetahui adanya suporter Persis Solo yang diamankan, Gibran mengaku kecewa dengan Pasoepati.

"La wes dicelokmalah ngono (udah dipanggil tapi malah gitu) Konvoi," ujarnya.

Gibran menyebut mempercayakan keamanan Kota Solo pada Polisi dan TNI. 

"Aman-aman, semua diserahkan ke Kapolres dan Dandim," ujarnya.

Setelah meninjau di Stadion Manahan, Gibran mengatakan, persiapan pertandingan di lapangan telah aman.

"Sudah siap semua, yang penting di luar sudah diamankan," jelas dia.

suasana-stadion

Diamankan Polisi

Total suporter Persis Solo yang diamankan Polresta Solo menjadi 75 orang. 

Mereka diamankan jelang laga Derby Mataram antara Persis Solo Vs PSIM Yogyakarta, Selasa (12/10/2021) sore. 

Awalnya ada 50 orang yang diamankan Polisi, namun Informasi yang diapat TribunSolo.com, jumlah tersebut bertambah jadi 75 orang,

Sementara itu, polisi juga mengamankan 65 kendaraan. 

Seperti diketahui, mereka datang dari kawasan Suka Marem, Kecamatan Laweyan menuju jalan Slamet Riyadi. 

Kapolresta Solo, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan, pihaknya mengamankan suporter tersebut pukul 15.30 WIB.

"Pengamanan dilakukan terhadap orang yang mengaku suporter Persis Solo total ada 50 orang," ujarnya.

Ade menambahkan seluruh suporter yang diamankan tidak membawa atribut Persis Solo.

Namun, saat ditanyai mereka mengaku suporter Persis Solo. 

suasana-stadion

Sejarah Derby Mataram

Derby Mataram antara Persis Solo dan PSIM Jogja tersaji Selasa (12/10/2021) sore ini.

Rivalitas panas poros Solo - Jogja, tak hanya terjadi dalam sejarah pecahnya Kerajaan Mataram dan bagi-bagi daerah kekuasaan antara Raja Jawa. 

Tapi juga di lapangan sepak bola.

Ya, entah bagaimana awalnya, hubungan Persis Solo dan PSIM Yogyakarta memang panas.

Tak kalah panas dari Persija - Persib, atau Persebaya - Arema.

Dari gesekan antar suporter, menjadi hubungan emosional yang menjalar ke tim dan pemain.

Tapi, siapa sangka, hubungan poros Solo - Jogja dalam sepakbola, awalnya terjalin begitu mesra.

Ya, Persis Solo dan PSIM pada masanya adalah dua tim bersahabat.

Mereka kerap tolong menolong.

Keromantisan dua klub tersebut, satu diantaranya terjadi saat era kompetisi perserikatan. 

Semua berawal lebih kurang di tahun 1935, dua tahun setelah Stadion Sriwedari diresmikan R NG Reksodiprojo.

Sebelum masuk ke sana, mungkin tidak ada salahnya menyinggung sedikit soal kehadiran Stadion Sriwedari. 

Toh, stadion itulah yang jadi saksi keromantisan Persis Solo dan PSIM Jogja.

Dilansir dari Juara, kelahiran Stadion Sriwedari tidak bisa dilapaskan dari keterlibatan Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) X. 

Pada tahun 1932, keinginan penguasa Keraton Solo tersebut untuk memiliki stadion berkelas internasional muncul.

Pemicunya, klub-klub lokal kurang leluasa memakai lapangan-lapangan yang ada di Solo. 

Mereka 'cuma' bisa memakai lapangan depan Istana Pura Mangkunegaran, serta alun-alun utara dan selatan Keraton Kasunanan Surakarta.

Kondisi itu membuat PB X memerintahkan utusannya untuk menyelesaikan transaksi pembelian tanah di sebelah barat Taman Sriwedari.

Perencanaan stadion dipercayakan kepada Mr Zeylman dengan menghabiskan biaya sebesar 30 ribu gulden.

Pada tahun 1933, Stadion Sriwedari berdiri megah dan diresmikan R NG Reksodiprojo.

Selang dua tahun setelah diresmikan, Persis Solo perlahan moncer. 

Penandanya, gelar juara Kampeonturnoi PSSI 1935 yang dimenangkan skuad yang diperkuat Raden Mas Maladi cs.

Dan di tahun itu pulalah, romantisme Persis Solo dan PSIM Jogja bermula. 

Pemerhati Sepak Bola Surakarta, Ardian Nur Rizki, mengatakan, meski dua klub tersebut saling beradu gengsi, ada momen mereka tetap sudi berkolaborasi.

"Meski bersaing sengit dan saling beradu gengsi, kedua tim tetap sudi berkolaborasi demi kepentingan yang lebih mulia, yaitu muruah sepak bola Indonesia dan perjuangan bangsa Indonesia terhadap Belanda," kata Ardian kepada TribunSolo.com.

PSIM Jogja pernah membantu Persis Solo ketika pengurus Laskar Sambernyawa dipermalukan orang-orang Hindia Belanda.

Itu bermula saat PSSI-nya Hindia Belanda, Nederlandsche Indie Voetbal Bond (NIVB) mengajak Persis Solo melakukan laga eksibisi. 

"Setelah adanya Stadion Sriwedari, sepak bola Solo mulai menggeliat, juga prestasi Persis Solo. Animo khalayak terhadap sepakbola di Kota Solo saat itu luar biasa," ucap Ardian.

Singkat kata, publik mulai simpatik dengan Persis Solo.

Ingat pula, sejarah berdirinya Persis Solo berawal dari tim pribumi yang merasa dianaktirikan oleh tim-tim bentukan Sinyo Belanda.

"Pemerintahan kolonialisme terkesan tak suka melihat Persis mulai populer. Mereka lalu mengajak menggelar laga eksibisi antara (Persis) Solo dan Belanda," tambahnya.

Persis Solo menerima ajakan itu.

Tiket laku keras.

Namun, kabar buruk datang. 

"Beberapa hari jelang laga dilaksanakan, NIVB membatalkan secara sepihak rencana uji tanding melawan Persis," ucap Ardian. 

NIVB membatalkan secara sepihak. Alasannya ? Mereka diduga ingin membuat Persis Solo kehilangan muka di depan publiknya sendiri. 

Pembatalan itu membuat Persis Solo kebingungan. Tiket sudah kadung terjual keras. Mau tidak mau laga tetap 'harus ada', entah melawan siapapun.

Persis Solo kemudian coba mengontak manajemen PSIM Jogja untuk meminta bantuan.

Tentunya sebagai lawan dalam laga eksibisi. 

"Ketika itu, pengurus PSIM kalang kabut mengumpulkan pemain yang di zaman itu, tentu punya pekerjaan utama di luar sepak bola, seperti penjual makanan, atau kerja di pasar," ucap Ardian.

"Mereka semua kemudian dikumpulkan lalu berangkat ke Solo. Akhirnya, Persis Solo melawan PSIM setelah batal melawan Belanda," imbuhnya.

Laga melawan PSIM Jogja tidak membuat publik kecewa.

Saat itu, PSIM Jogja memang tergolong tim kuat.

Laga pun digelar di Stadion Sriwedari.

"PSIM tidak mau Persis kehilangan muka. Mereka datang dengan segala macam keterbatasan," ujar Ardian.

Menilik romantisme itu, Ardian berharap laga Persis Solo vs PSIM Jogja di Stadion Manahan, Selasa (12/10/2021) bisa dinikmati semua penonton.

"Terlepas dari laga 2 x 45 menit nanti, saya berharap, kita semua bisa menikmati dan memaknai laga ini dengan luhur," kata dia.

"Derby Mataram itu melampaui sepak bola. Derby Mataram harus menjadi teladan bagi seantero insan sepak bola di Indonesia dalam menciptakan rivalitas yang bermartabat," tambahnya. (*)

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Opsi Arenanews

Siarenanews

Post Bottom Ad

Pages