Bobotoh Minta Persib Aktif Edukasi Suporter, Eko Maung Contohkan Kasus Adam Alis - PIKIRAN RAKYAT
Bobotoh Minta Persib Aktif Edukasi Suporter, Eko Maung Contohkan Kasus Adam Alis
PIKIRAN RAKYAT - Ketua Viking Farmasi, Kris, menekankan pentingnya peran klub, khususnya Persib Bandung, untuk aktif dalam mengedukasi suporter terkait aturan, termasuk Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan regulasi larangan suporter tim tamu (away).
Hal itu disampaikan Kris setelah menghadiri acara Literasi untuk Suporter Indonesia Naik Kelas di Bandung, 19 November 2025.
Kris menyoroti bahwa banyak bobotoh belum sepenuhnya memahami batasan dalam bermedia sosial dan bagaimana hal tersebut dapat menjerat mereka pada masalah hukum seperti UU ITE.
"Setelah ikut acara ini, kami jadi lebih tahu, sih, mana yang boleh di-posting, aman atau enggaknya. Di medsos [media sosial] lebih berhati-hati," ujar Kris.

Acara Literasi untuk Suporter Indonesia naik kelas digelar oleh peneliti hukum olahraga sekaligus bobotoh, Eko Noer Kristiyanto alias Eko Maung. Sebelumnya, Eko bersama sejumlah koleganya menulis buku berjudul "Suporter Indonesia Naik Kelas".
"Harusnya Persib yang ngadain seperti ini, literasi-literasi untuk suporter, untuk Bobotohnya sendiri. Jadi kan banyak juga yang belum tahu ini yang boleh, ini yang enggak, dan terus bagaimana solusinya supaya win-win solution lah. Keinginan suporter seperti apa, klubnya seperti apa, disatukanlah persepsinya," ujar Kris.
Rambu-rambu untuk suporter

Eko Maung memaparkan, diskusi Literasi Suporter Indonesia Naik Kelas diadakan untuk menekankan betapa pentingnya pemahaman yang memadai agar suporter tidak mudah dimanfaatkan atau terombang-ambing oleh isu-isu yang tidak presisi.
Ia mencontohkan bagaimana mudahnya suporter menjadi gaduh dan menghabiskan energi untuk isu simpang siur, seperti perbincangan tentang kasus Adam Alis di Malaysia atau ramainya denda besar yang dijatuhkan kepada Persib.
"Saya melihat perkembangan ini kok pada enggak presisi ya, akhirnya jadi gaduh, sayang energinya," katanya.
Eko juga menyoroti denda yang dijatuhkan Komdis PSSI untuk Persib, bahwa sumber utama dari sebagian besar sanksi finansial yang diterima Persib sebenarnya adalah perilaku suporter itu sendiri.
Sayangnya, alih-alih melakukan evaluasi diri, sebagian suporter yang tidak memahami akar masalah dan terbawa emosi justru mengarahkan kesalahan pada Komisi Disiplin (Komdis) dan otoritas sepak bola.
"Komdis itu tidak akan mungkin memberi sanksi jika tidak ada celah. Padahal [denda] sampai ratusan juta kemarin itu kan salah suporternya sebetulnya," kata Eko.
Selain itu, ia mengkritisi aksi-aksi demonstrasi Bobotoh ke Graha Persib beberapa tahun lalu yang tuntutannya sering kali kabur. Eko yakin, jika suporter memiliki gagasan yang konkret dan literasi yang mumpuni, pihak yang mereka kritik akan lebih terbuka untuk berdialog dan bertemu.***
