Sepak bola Indonesia, Liga Indonesia,
5 Menit di Kesunyian Gate 13 Stadion Kanjuruhan yang Baru - Bola
Bola.net - Cuaca terik di sekitar Stadion Kanjuruhan pada hari Kamis (8/5/2025) siang WIB. Sekitar pukul 14.30, tampak beberapa berlalu-lalang. Pada hari itu, ada pertandingan Arema FC melawan Arema All Stars.
Ini bukan pertandingan biasa. Ada beberapa sudut pandang untuk memaknai laga ini. Salah satunya adalah pertandingan pertama Arema FC yang dimainkan di Stadion Kanjuruhan setelah Oktober 2022 atau Tragedi Kanjuruhan.
Meskipun bukan even resmi, laga ini akan tercatat dalam sejarah sebagai laga pertama Singo Edan di Stadion Kanjuruhan. Ini adalah kali pertama Johan Farizi dan kolega melangkah ke Stadion Kanjuruhan usai tragedi.
Jika dibandingkan tiga tahun lalu, ada banyak hal yang berubah di Stadion Kanjuruhan maupun soal penyelenggaraan pertandingan. Stadion Kanjuruhan sudah bersolek, begitu juga dengan tata cara penyelenggaraan pertandingan.
Dulu, penonton bisa langsung memarkir kendaraan di area sekitar stadion. Hal itu memungkinkan terjadinya penumpukan orang di dekat stadion. Namun, situasinya kini sama sekali berbeda. Tidak semua kendaraan bisa masuk ke area stadion.
Ada tiga titik pemeriksaan sebelum para penonton bisa masuk ke stadion. Titik pertama ada di gerbang masuk. Di sini, penonton tak bisa membawa kendaraan. Harus jalan kali. Kedua, pemeriksaan tiket di lingkar dalam.
Ketiga, pemeriksaan dan pengarahan dari petugas di depan gerbang. Tepat sebelum para penonton masuk ke area dalam stadion untuk menyaksikan pertandingan.
Namun, di tengah hiruk dan pikuk suasana penyelenggaraan pertandingan, ada satu bagian dari sudut Stadion Kanjuruhan yang tetap sunyi. Area itu seolah berdiri sendiri di tengah wajah Stadion Kanjuruhan yang baru.
Area itu adalah Gate 13, salah satu titik pusat dari Tragedi Kanjuruhan. Simak artikel lebih lengkapnya di bawah ini ya Bolaneters.
1 dari 3 halaman
Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Aura Lama di Bagunan Baru
Sekitar 30 menit sebelum laga Arema FC lawan Arema All Stars, Bola.net menyempatkan diri untuk menengok Gate 13. Lokasinya ada di sisi kiri dari gerbang utama Stadion Kanjuruhan, tidak jauh. Hanya beberapa ratus meter.
Meskipun tidak terlihat adanya aktivitas penonton, ada delapan orang yang menjaga Gate 13. Dua orang dari petugas keamanan dan enam orang dari kepolisian. Mereka berjaga di depan pintu masuk area Gate 13.
Bola.net dapat kesempatan masuk ke dalam lokasinya yang dulunya jadi salah satu titik pusat Tragedi Kanjuruhan itu. Sekitar lima menit berada di dalam, situasinya sunyi. Tidak ada aktivitas apa pun di sana.
Warna putih mendominasi sekitar area Gate 13. Di bagian tiang, ada ukiran yang jadi gambaran situasi pada malam 30 Oktober 2022 lalu. Selain itu, ada nama-nama yang dipahat dan ditempelkan di beberapa bagian tiang.
Arema utama Gate 13 dibiarkan tetap utuh seperti kondisi awalnya. Hanya diberi kaca sebagai pembatas. Pintu gerbang dengan warna biru, berhiaskan tempelan kertas 'usut tuntas' dan rangkaian bunga berdiri dalam sunyi. Begitu juga dengan bekas tembok yang berlubang.
Jika melihat bagian dalam dari tembok itu, ada satu pemandangan sunyi. Tangga yang kokoh yang terlihat lusuh. Ruang-ruang kosong yang hampa. Tentu saja, kenangan yang mungkin tidak akan terlupakan bagi para korban dan keluarganya.
2 dari 3 halaman
Sepak Bola Tanpa Perayaan
Laga Arema FC melawan Arema All Stars mengusung tajuk 'Ngalup Penuh Cinta'. Ngalup adalah bahasa Malangan, artinya pulang. Ya, momen ini bisa ada pertanda bahwa Singo Edan ingin pulang ke tempat yang dulu jadi rumahnya, Stadion Kanjuruhan.
Kapten Arema FC, Johan Farizi, ikut bermain pada laga tersebut. Bagi sang bek kiri, ini adalah kali pertama dia bermain di Stadion Kanjuruhan setelah hampir tiga tahun. Namun, bagi Johan Farizi, laga ini bukanlah sebuah perayaan.
"Saya mewakili teman-teman, kami selalu berdoa untuk seluruh korban Aremania dan Aremanita yang menjadi korban. Semoga ke depan semua berjalan lancar," kata pemain 34 tahun tersebut.
Hari itu, pihak Arema FC menjual 2.000 tiket, terdiri dari 1.500 tiket kategori ekonomi dan 500 tiket kategori VIP. Namun, dilihat dari pandangan mata, tidak semua tiket terjual. Banyak area tribune yang kosong.
Bagi Aremania yang datang ke laga tersebut, ini lebih dari sekadar untuk menyaksikan sepak bola. Nuansa tragedi masih terasa walau Stadion Kanjuruhan kini sudah baru. Rasa trauma akan malam nahas tersebut tidak akan bisa dilupakan begitu saja.
"Kita masih dapat suasana (tragedi) itu. Masih terasa sekali. Memang sudah untuk bisa menghilangkan trauma itu. Tapi, kita doakan saja untuk mereka yang jadi korban agar dapat tempat terbaik," kata Aremanita yang hadir di laga tersebut, Tiari.
Cerita pilu datang dari Bandol Ziban. Pada malam tragedi meletus, dia berada di Stadion Kanjuruhan. Dia ikut menggangkat mayat korban dan berupaya semaksimal mungkin memberi bantuan. Dia juga datang pada hari pertandingan Arema FC lawan Arema All Stars.
Lelaki yang berasal dari Wajak itu tidak sedang merayakan pertandingan. Dia juga tidak sedang merayakan momen kepulangan Arema FC ke Stadion Kanjuruhan. Dia datang ke stadion dengan setengah jiwa dan kegembiraan saat menonton sepak bola yang sudah sirna.
"Saya sudah dari kecil menyaksikan Arema di stadion. Jadi, memang dasarnya suka sepak bola. Tapi, yang memang tidak bisa seperti dulu. Istilahnya, sudah tidak ada perayaan. Kita kalau datang ke sini juga terus mendoakan para korban Tragedi Kanjuruhan," katanya.
3 dari 3 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar