Kenapa Atlet Badminton Eropa Bisa Bahasa Indonesia di Olimpiade?
--
Atlet asal Eropa di Olimpiade 2024 jadi sorotan karena berbahasa Indonesia. Kenapa atlet Eropa bisa bahasa Indonesia selama berkompetisi di Olimpiade?
Nama atlet Belgia, Lianne Tan jadi sorotan karena berbicara dengan bahasa Indonesia dalam pertandingan cabor bulutangkis Olimpiade 2024. Saat berlaga di fase grup melawan Ratchanok Intanon dari Thailand di nomor tunggal putri, Lianne Tan tertangkap kamera berbincang dengan bahasa Indonesia bersama sang pelatih, Indra Bagus.
"Ke sini dulu ya, jangan langsung nembak dulu dianya ini jadi lebih enak ke sampingnya. Dia sampingnya lebih enak. Coba dulu enggak ada masalah biar dia lari ke depan. Tapi dia depannya bakal coba untuk ambil duluan. Jadi kalau dia ambil duluan, dorongnya itu agak cepat jangan main depan lagi," kata Indra Bagus saat memberi instruksi kepada Lianne Tan.
Penggunaan bahasa Indonesia tak lepas dari asal-usul Lianne Tan. Ayahnya bernama Henk Tan yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dan mengenyam studi kedokteran gigi di Belgia. Sedangkan sang ibu, Maria Meyers, adalah warga Belgia.
Lianne Tan adalah atlet kelahiran Belgia, 20 November 1990. Ia sudah menggeluti olahraga tepok bulu sejak berusia 8 tahun.
Lianne Tan kerap tampil di ajang BWF International Challenge dan juga eksis di Olimpiade. Ini adalah Olimpiade ketiga yang diikuti oleh atlet 33 tahun itu sejak 2016 lalu.
Sedangkan sang pelatih, Indra Bagus adalah atlet badminton kelahiran Jakarta yang meniti karier di Eropa setelah memulai petualangan bersama PB Jaya Raya dan PB Tangkas.
Indra sempat mewakili Spanyol dan Italia dalam turnamen internasional. Kini atlet 37 tahun itu menjadi pelatih tim bulutangkis Belgia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Lianne Tan dan Indra Bagus, atlet Eropa lain yang juga bisa bahasa Indonesia adalah wakil Denmark, Mathias Christiansen. Sayangnya, atlet ganda campuran itu mundur dari Olimpiade 2024.
Alasan Christiansen mundur dari Olimpiade 2024 adalah karena tiga kali melakukan kesalahan saat mengisi dokumen tentang keberadaannya selama tiga bulan sebelum Olimpiade. Setiap atlet wajib melaporkan bepergian ke mana saja sebelum Olimpiade untuk memenuhi peraturan anti-doping.
(ikw/jal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar