4 Atlet Israel Sudah Pernah Tanding di Indonesia
Kedatangan Israel menuai pro dan kontra
Jakarta, IDN Times - Kedatangan Israel ke Indonesia dalam berpartisipasi di Piala Dunia U-20 2023 menjadi polemik. Sejumlah Ormas Islam menolak kehadiran Israel untuk bisa main di Piala Dunia U-20.
Tapi, sebenarnya sebelum Israel U-20 datang, sudah ada beberapa atletnya yang berlaga. Tercatat, ada dua atlet Israel yang sempat bertanding di Indonesia.
1. Mereka yang sudah datang ke Indonesia
Data yang didapat IDN Times, pada 2015 silam, ketika Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis digelar di Istora Senayan, ada salah satu atlet Israel yang berlaga.
Dia adalah tunggal putra, Misha Zilberman. Namun, Zilberman hanya tampil di ronde pertama lantaran kalah dari Hsu Jen Hao (14-21 14-21).
Atlet kedua sebenarnya berdarah campuran, Rusia-Israel, yakni Mikhail Yakovlev. Baru-baru ini, Yakovlev memutuskan untuk menjadi warga negara Israel sepenuhnya. Itu terjadi sebelum UCI Track Nations 2023 digelar di Jakarta.
Lalu, ada juga Noa Shiran dan Yuval Shemla yang berlaga di Piala Dunia Panjat Tebing tahun lalu.
2. Indonesia mau layani Israel
Polemik kehadiran Israel memang menuai pro dan kontra. Tapi, sebenarnya FIFA tak peduli dengan penolakan Israel. Sebab, pada dasarnya, FIFA menunjung tinggi aspek persaudaraan dalam sepak bola dan tentunya meminta agar Israel tetap diakomodir.
Ketua Umum PSSI sekaligus Ketua Local Organizing Committee, Erick Thohir, menyatakan Israel merupakan tamu dalam Piala Dunia U-20 dan harus dilayani. Menurut Erick, ada kepentingan yang lebih besar diusung Indonesia, mulai dari pencalonan tuan rumah Piala Dunia Senior hingga Olimpiade.
3. Politik harus dipisahkan dengan olahraga
Pengamat sepak bola, Vennard Hutabarat, juga menyatakan sebenarnya urusan olahraga dan politik jangan dicampuradukkan. Vennard memaklumi dengan penolakan yang ada, tapi berharap warga Indonesia dengan mayoritas muslim, bisa menerima perbedaan demi Piala Dunia U-20.
"Menurut gue, gak boleh campur aduk antara politik dan olahraga. Dilema memang buat negara ini. Satu sisi, ada solidaritas di negara yang mayoritasnya muslim, mempertimbangkan kejadian di Palestina. Penolakan ini juga dikatakan sesuai dengan UUD 1945, Para pelaku olahraga yang masuk juga belum tentu berpolitik dengan kejadian Israel yang ada di sana. Mereka adalah olahragawan. Harapan saya, bisa dipisahkan politik dengan olahraga," ujar Vennard kepada IDN Times, Selasa (21/3/2023).
Komentar