Skip to main content
728

Saya Belum Bisa Bawa Ginting dan Jonatan Konsisten - CNN Indonesia

 

Saya Belum Bisa Bawa Ginting dan Jonatan Konsisten

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Selasa, 18 Jan 2022 15:20 WIB
Berikut wawancara Hendry Saputra yang baru saja meninggalkan posisinya sebagai pelatih tunggal putra Pelatnas Cipayung.
Hendry Saputra mengakui belum bisa membawa Jonatan dan Ginting tampil konsisten. (Arsip PBSI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hendry Saputra meninggalkan pelatnas Cipayung setelah tujuh tahun menangani sektor tunggal putra. Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Hendry Saputra.

Hendry Saputra adalah sosok yang bertanggung jawab dalam menangani sektor tunggal putra pelatnas Cipayung sejak 2015. Hendry juga jadi salah satu sosok yang ikut membantu perkembangan permainan Jonatan Christie dan Anthony Ginting yang saat ini jadi andalan Indonesia di nomor tunggal putra.

Bagaimana pandangan Hendry Saputra terkait perjalanan kariernya, berikut wawancaranya dengan CNNIndonesia.com:

Pilihan Redaksi

1. Anda resmi meninggalkan pelatnas Cipayung?

Misal kita kontrak sebuah rumah, ketika kontrak itu sudah habis, tentu ada opsi kita mau kontrak lagi dan kita tidak mau kontrak lagi. Atau sebaliknya yang punya rumah tidak mau mengontrakkan rumahnya lagi.

Saya memutuskan untuk tidak gabung lagi karena melihat pencapaian saya sudah cukup. Lalu saya juga melihat kondisi saya. Selama pandemi ini, saya sudah pernah kena Covid-19 juga harus bolak-balik PCR setiap kali pergi, sudah 156 kali.

Dengan pencapaian di Asian Games, Olimpiade, Thomas Cup, Alhamdulilah sudah cukup bagi saya. Yang terpenting saya sudah membawa pemain Indonesia berhasil di ajang internasional, itu menurut ukuran saya.

Saya tidak memperpanjang kontrak. Saya rasa dengan pencapaian yang ada, saya rasa sudah maksimal. Dengan keputusan ini, mungkin yang lain ada yang bisa maju, jadi bisa lebih elok.

Dengan kemampuan dan kondisi saya, saya rasa sudah maksimal karena saya juga mesti berjiwa besar.

2. Anda datang ke pelatnas bersamaan kembalinya Simon Santoso, namun kemudian setelah itu dipasrahi tugas berat untuk mengawal generasi tunggal putra yang sangat diharapkan. Sejauh mana beban itu?

Saya masuk kontrak PBSI pada Januari 2015, saat itu Jonatan Christie, Anthony Ginting, dan Ihsan Maulana Mustofa masih junior. Peringkat mereka masih kurang lebih ada di 200-an.

Saat itu saya merasa jadi punya tantangan. Saya berharap bahwa pemain-pemain Indonesia ini bisa berjodoh dengan saya. Dengan cara saya melatih, dengan pengalaman saya, saya coba tuangkan hal tersebut dalam keseharian bersama mereka.

Hendry Saputra datang ke pelatnas Cipayung bersama kembalinya Simon Santoso. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/Rei/NZ/14.)

Kalau dari segi nama mereka memang oke, namun dari segi juara saat itu mereka masih juara di Challenge, belum bisa juara di super series. Saya melihat sektor tunggal putra Indonesia punya bakat yang cukup bagus.

Saya menganggap tiga pemain itu bisa jadi modal bagi tunggal putra Indonesia dan tentu sayang bila saya tidak coba membesarkan mereka.

3. Setiap penampilan Jonatan dan Ginting menurun, anda tak lepas dari kritik. Bagaimana melihat hal itu?

Hahaha.. itu biasa. Saya kasih contoh, Pak Jokowi untuk ukuran saya bagus banget, tetapi yang kritik tetap ada. Hal itu yang selalu saya jadikan motivasi.

Pak Jokowi yang menurut saya kerjanya bagus saja masih dibully orang. Jadi hal itu jadi motivasi saya untuk terus berjuang. Terlepas ada kritikan, menurut saya hal itu sudah bagus. Jujur bagus untuk saya pribadi. Alhamdulillah walau dikritik, Tuhan kasih berkah buat saya.

4. Apa momen paling berkesan untuk anda?

Asian Games, Olimpiade, dan Piala Thomas. Saat Asian Games 2018, Jonatan dan Ginting bermain dengan status sebagai pemain tuan rumah. Mereka bisa berprestasi dan membuat sejarah.

Olimpiade 2020 jadi debut saya membawa pemain ke Olimpiade. Dengan persiapan yang bagus, saya merasa kami memang harus mendapatkan medali.

Tekanan di Olimpiade sangat luar biasa, Kento Momota saja kalah. Saya sangat berharap dan punya beban besar melihat pemain tunggal putra Indonesia bisa mendapat medali di Olimpiade.

Ginting memang tidak terlihat terbebani, namun saya merasa ada beban saat itu. Saya bertekad mengantar pemain untuk bisa meraih pencapaian tersebut yang harus kami kejar. Tidak gampang mendapat medali di Olimpiade karena banyak pemain kelas dunia yang tumbang.

Piala Thomas juga berkesan. Sejak 2016, 2018, dan 2020, Indonesia selalu jadi juara Asia. Saya berpikir,'Masa kita berhasil terus tetapi tidak pernah juara di Piala Thomas?'

Indonesia berhasil juara Piala Thomas dan hal itu tentu bukan ujug-ujug datang. Ada persiapan tim pelatih bersama pemain-pemain tunggal putra yang berkesinambungan dari tahun ke tahun.

5. Di Asian Games 2018 Jonatan dan Ginting tidak masuk daftar unggulan tetapi akhirnya meraih medali. Apa rahasianya?

Karena saat itu kami jadi tuan rumah, persiapan kami lebih bagus. Kami pelajari tiap tipe lawan, seberapa jauh dan seberapa dekat kekurangan dan kelebihan kami. Kami sadar bahwa dengan status sebagai tuan rumah, tentu banyak dorongan untuk jadi juara.

Tekanan jadi tuan rumah itu bisa berbalik kalau pemain tidak siap. Situasi malah bisa saja jadi kacau karena tekanan tuan rumah tersebut.

Hendry Saputra sukses mengantar Jonatan Christie meraih emas Asian Games 2018. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Saat itu saya pasang target masuk final untuk Ginting dan Jonatan. Namun saya lihat perjalanan mereka bagus. Saya makin yakin setelah Ginting mengalahkan Momota dan Jonatan menaklukkan Shi Yuqi.

Saya lihat Jonatan dan Ginting punya keyakinan. Saya tanamkan pada mereka bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik. Now or Never.

6. Setelah Asian Games 2018, banyak yang menilai penampilan Jonatan dan Ginting tidak langsung mulus untuk melesat ke papan atas. Bagaimana pandangan anda?

Dari pandangan saya, dalam kurun waktu tiga tahun, tentu bagus ada gelar juara Asian Games. Dengan perjuangan dan latihan bagus, saya rasa cukup.

Kalau ada pendapat lain tentang Ginting dan Jonatan yang masih dianggap kurang setelah Asian Games, itu tergantung persepsi masing-masing.

Namun bila melihat peringkat, kalau dulu 100, lalu 50, 40, sekarang bisa masuk 10 besar. Menurut ukuran saya, saya rasa cukup.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Sukses di Piala Thomas dan Tekad untuk Melatih

Berikut wawancara Hendry Saputra yang baru saja meninggalkan posisinya sebagai pelatih tunggal putra Pelatnas Cipayung.

Hendry Saputra tujuh tahun menangani sektor tunggal putra Pelatnas Cipayung. (Putra Permata Tegar Idaman)

7. Apa rahasia Indonesia bisa bangkit di Piala Thomas setelah kalah di Piala Sudirman?

Setelah kalah di Piala Sudirman, kami fokus untuk berjuang lebih bagus lagi. Saya melihat kondisi fisik, teknik, dan mental para pemain memang menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Saya makin yakin setelah mereka bisa mengalahkan Denmark karena Denmark sangat berambisi untuk jadi juara.

Saya tekankan pemain untuk tidak terlalu melihat Piala Thomas sebagai perihal menang-kalah tiap diturunkan. Saya tekankan bahwa yang terpenting adalah tim bisa juara.

Kalau terlalu berhitung soal menang dan kalah di tiap pertandingan bisa muncul rasa pesimis. Karena itu saya komunikasikan pada pemain untuk menanamkan tekad bangkit, bisa masuk final, dan juara.

Dalam tiap pertandingan, ada kemungkinan seorang pemain tampil bagus atau buruk. Namun yang terpenting, Tim Indonesia harus tetap kompak dan kuat.

Lihat Juga :

8. Kenapa anda tidak mendampingi pemain di perjalanan Piala Thomas?

Selama covid-19 melanda, saya memang tidak pernah mendampingi pemain di turnamen super series. Dan hal itu yang biasa saja, tidak ada masalah.

Selain itu, di Piala Sudirman saya merasa agak lelah, tidak bisa fokus. Kalau masuk lapangan, seorang pelatih tidak fit, tidak fokus, saya rasa pemain juga tidak akan bisa maksimal. Saya mesti fair di situ.

9. Sudah sampaikan soal keputusan anda meninggalkan Pelatnas Cipayung?

Sudah per lisan saja, biar mereka tidak terganggu. Dalam pandangan saya, saya adalah sosok profesional. Cepat atau lambat, saya juga kan mesti keluar. Saya sudah jelaskan ke mereka, mereka juga oke. Kami juga tetap berkomunikasi.

10. Bagaimana anda melihat sosok Jonatan dan Ginting? Apa hal yang masih jadi kekurangan mereka?

Kekurangan dan kelebihan itu masih bersifat umum, misal waktu latihan terkadang gampang putus asa, waktu pertandingan kurang konsisten. Itu yang selalu perlu saya perhatikan. Sampai saat ini, saya belum bisa menembus itu.

Dengan Jonatan yang tipe mainnya bagus dan ulet, dengan Ginting yang memiliki speed, power, dan kemampuan mengontrol permainan lawan, saya rasakan saya masih belum bisa membuat Jonatan dan Ginting jadi pemain yang konsisten.

11. Apakah menurut anda Ginting dan Jonatan bisa jadi pemain nomor satu dunia di masa depan?

Kenapa tidak? Namun soal itu harus datang dari diri sendiri. Seorang pelatih hanya bisa mendorong pemain.

Saya melihat Ginting dan Jonatan punya tekad jadi pemain nomor satu dunia dan hal itu yang selalu kami tanamkan semenjak kami bekerja sama di 2015. Kami selalu menanamkan bahwa keinginan untuk jadi nomor satu itu harus ada.

Indonesia's Anthony Sinisuka Ginting celebrates winning a mens single match in the Thomas Cup men's team final match between China and Indonesia, in Aarhus, Denmark, Sunday Oct. 17, 2021. (Claus Fisker/Ritzau Scanpix via AP)

Hendry Saputra yakin Anthony Ginting dan Jonatan Christie punya kemampuan untuk jadi pemain nomor satu dunia. (AP/Claus Fisker)

12. Bagaimana nama lain di luar Ginting dan Jonatan? Ada yang bisa diharapkan dalam waktu dekat?

Nama lain saya rasa belum. Maka itu, Jonatan dan Ginting itu selama 5-7 tahun punya beban sebagai ikon dan pemain yang diharapkan. Karena itu saya lihat bahwa mereka bisa bertahan dan membawa Indonesia juara Piala Thomas tentu tidak mudah.

Sebagai pelatih, kami membantu jaga pola pikir, badan, dan latihan. Namun dua pemain ini saya lihat memang luar biasa.

Tekanan di Indonesia kan juga luar biasa, tidak boleh kalah sekali, tidak boleh turun satu level karena bisa dibully orang.

13. Apa yang bakal dilakukan setelah ini?

Saya ingin beristirahat. Tidak gampang melatih selama tujuh tahun, boleh ditanya ke Herry IP atau Richard Mainaky. Seorang pelatih perlu mental dan fisik yang kuat juga pola pikir yang jernih.

Selain itu, pelatih juga harus siap menghadapi banyak tekanan dan kritik. Bagaimanapun, saya juga manusia biasa.

Di dunia badminton, misal SEA Games sudah dapat tiga emas lalu kemudian tahun ini dua emas, tentu dianggap,"Jelek ya, turun ya".

Bahasa seperti itu tentu tidak enak, namun harus diterima. Padahal dalam hidup tentu tidak bisa selalu tiga emas, empat emas, lima emas.

Sebagai pelatih harus memahami hal itu dan saya tidak ada masalah terhadap itu semua selama ini.

Lihat Juga :




Posting Komentar

0 Komentar

728