Pelatih Bulutangkis Indonesia Banyak Diambil Negara lain, Curhatan Mentor Kento Momota Ini Bikin Sedih By Haloyouth
Pelatih Bulutangkis Indonesia Banyak Diambil Negara lain, Curhatan Mentor Kento Momota Ini Bikin Sedih
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fassets.pikiran-rakyat.com%2Fcrop%2F0x56%3A720x456%2Fx%2Fphoto%2F2022%2F01%2F21%2F278038172.jpg)
HALOYOUTH - Imam Tohari menceritakan pengalamannya setelah lama melanglang buana dari satu negara ke negara lain untuk menjadi pelatih. Pasalnya, selama menjadi pelatih di negeri orang, hal yang menjadi kendala serius baginya adalah berkomunikasi dengan para pemain.
Belakangan, Indonesia tengah diperhitngkan para atlet bulutangkisnya oleh dunia internasional lantaran dalam setiap turnamen yang diselenggarakan Federasi Badminton Dunia (BWF), squd merah putih nyaris mendominasi gelar juara.
Tidak hanya para atlet yang diperhitungkan, ternyata para pelatihnya juga ikut mendapat pengakuan dari dunia hingga banyak negara negara lain ingin berlatih dengan pelatih tanah air.
Bahkan, beberapa negara ada yang berani membayar mahal pelatih tanah air dengan status kontrak untuk beberapa tahun lamanya.
Diantara mereka tersebutlah Rexy Mainaky, Hendrawan, Nova Armada, Imam Tohari dan sederet nama lain yang sudah tak terhitung jumlahnya.
Berkat mereka, percaturan bulutangkis di dunia internasional kian imbang dan menemui titik persaingannya yang ketet karena sejumlah pemain unggul mulai bermunculan.
Meski demikian adanya, ternyata menjadi pelatih di negara orang tidaklah mudah.
Seperti pengakuan Imam Tohari ini misalnya. Pelatih tanah air yang pernah andil dalam pelatnas Jepang di nomor tunggal tersebut pernah mengalami kesulitan saat mengasuh anak didiknya karena terkendala bahasa.
Pelatih yang membawa Kento Momota menjadi pemain hebat inipun lantas memutar otak mencari cara agar komunikasinya dengan anak didik berjalan dengan baik meski dirinya sama sekali tidak mengerti bahasa Jepang saat itu.
Sadar dirinya tidak membekali diri memahami bahasa asing, akhirnya Imam Tohari mulai memaksakan diri untuk mempelajari bahasa disana secara otodidak dengan perlengkapan seadanya, karena saat itu memang teknologi belum memadai seperti sekarang.
Hal ini mau tak mau harus dilakukannya mengingat kebanyakan orang Jepang sendiri sepengakuannya tidak cakap jika harus berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Hal tersebut terjadi pula pada para pebulutangkis disana.
Meskipun demikian, Imam mengatakan bahwa para pemain Jepang sebenarnya ingin belajar bahasa Inggris tetapi mengalami kesulitan untuk komunikasi secara oral.
"Pertama ke Jepang belum bisa bahasanya sama sekali, jadi belajar sendiri. Dulu belum banyak aplikasi belajar seperti sekarang," jelas Imam kepada PB Djarum, dikutip haloyouth, Jumat, 21 Januari 2022.
"Belajarnya dari nonton TV, terus mendengarkan orang Jepang ngomong," tambahnya.
"Mau nggak mau kita dipaksa dengan keadaan yang menuntut kita harus bisa ngomong bahasa Jepang. Karena itu, jadi kita ada kemauan untuk belajar.
"Intinya semua atlet pengen dan ada kemauan untuk belajar bahasa Inggris. Tapi kalau untuk disuruh ngomong memang agak susah. Jadi kita yang harus lebih aktif," jelasnya.
Sekedar informasi tambahan, Imam Tohari menjadi pelatih untuk pelatnas Negeri Sakura selama satu dekade terhitung sejak tahun 2002 silam
Ia di pelatnas Jepang menangani nomor tunggal dengan anak didiknya yang paling mencolok salah satunya Kento Momota.
Setelah pulang ke tanah airnya, kini Imam Tohari menjadi bagian dari PB Djarum.***