Cerita Pilu Atlet Sumbar, Raih Medali Emas Demi Bonus untuk Lunasi Utang
JAKARTA, iNews.id - Ajang Pekan Olahraga Nasioan (PON) XX Papua selalu diwarnai cerita. Cerita gembira ketika berhasil menyabet medali emas, maupun cerita pilu dari atlet yang harus berjuang agar bisa ikut pesta olahraga empat tahunan ini.
Kali ini, sebuah cerita memilukan datang dari atlet peraih medali emas cabang olahraga Shorinji Kempoi asal Sumatera Barat, Ari Pramanto.
Ari berhasil meraih medali emas usai menang di pertandingan horinji kempo kategori randori (tarung) kelas 70 kilogram di Gedung Olahraga (GOR) Sekolah Sekolah Tinggi Teologi Gereja Injili Di Indonesia STT GIDI.
Air mata bahagia yang sedari tadi menumpuk di kelopak matanya pun tak dapat dibendung. Ari menang atas lawannya kenshi Papua Barat Julifan Prastyo Nugroho.
Usai laga terakhir, dia melakukan penghormatan kepada dewan juri dan panitia, serta penonton di GOR STT GIDI. Dia juga mengampiri ke salah satu sudut GOR untuk memberikan sapaan kepada pendukungnya.
Dia kemudian turun ke ruang istirahat sembari mengotak-atik ponsel pintarnya. Diduga, Ari sedang mengabari kerabat atas kemenangannya di PON XX.
Saat ditemui, dia hanya melemparkan senyum tipis dan mulai membuka pembicaraan-pembicaraan ringan. Sungguh tidak disangka, dibalik kemenangan yang diraih, Ari menyimpan suatu beban dan tanggung jawab luar biasa. Dia mengaku terlilit utang.
Kemenangan emas di PON memberikan secercah harapan. Pria kelahiran Kota Sawahlunto itu mengaku bonus yang akan diterima dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat nantinya hendak digunakan untuk membayar utang.
"Kalau bicara bonus, mungkin semuanya untuk bayar utang saja lagi," kata Ari.
Ari bercerita, dirinya terpaksa meminjam sejumlah uang untuk biaya selama latihan persiapan PON XX. Sejak dua tahun terakhir, Ari bolak-balik dari Kota Arang menuju Padang. Padahal kedua kota itu berjarak 97 kilometer.
Selama itu pula, dia harus tetap menafkahi anak dan sang istri. Tidak hanya itu, sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga, ia juga melaksanakan kewajiban terhadap orangtuanya.
Bisa dibayangkan betapa besar pengeluaran Ari itu selama dua tahun terakhir. Sebenarnya, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Barat memberikan uang saku untuk persiapan PON XX.
Akan tetapi, masalahnya, uang yang diberikan oleh KONI Sumatera Barat itu sering terlambat atau menunggak. Imbasnya, ia terpaksa meminjam uang demi menutupi kebutuhan sehari-hari.
Bahkan, untuk berangkat ke PON XX, dia hanya diberi Rp2,5 juta oleh KONI Sumatera Barat. Dengan jumlah itu, tentu saja tidak mencukupi segala kebutuhan selama berada di ujung timur Indonesia itu.
"Jangankan untuk berbagi dengan anak istri di kampung, untuk biaya hidup selama di Papua saja tidak cukup," kata dia.
Padahal, melihat perjuangannya demi memberikan yang terbaik untuk daerah, dia rela tidak bekerja sebagai tenaga honorer di Pemerintah Kota Sawahlunto agar dapat fokus menjalani latihan demi latihan jelang PON XX.
Sedikit menengok ke belakang, sebelum turun di PON edisi ke-20, Ari sebenarnya menerima bonus atas kemenangannya di Pekan Olahraga Wilayah (PorwiL) yang diadakan di Bengkulu pada 2019. Namun, uang itu harus dia gunakan untuk melunasi utangnya.
Sebagai atlet yang berhasil meraih medali emas di PON XX, Ari berharap bisa jadi Aparatur Sipil Negara (ASN) seperti apa yang dijanjikanakan Pemprov Sumbar.
Selepas PON, dia berencana menagih janji pemerintah provinsi setempat yang sebelumnya menjanjikan peraih medali emas di PON XX akan diangkat menjadi ASN.
"Saya mau menagih itu. Benar tidak atau sesuai tidak dengan janjinya," kata dia.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar