Pembukaan SEA Games 2025 Thailand Dibayangi Eror Panitia dan Perang - Kompas
Pembukaan SEA Games 2025 Thailand Dibayangi Eror Panitia dan Perang
Sumber: AFP,

BANGKOK, KOMPAS.com - Pembukaan pesta olahraga Asia Tenggara atau SEA Games di Thailand, Selasa (9/12/2025), dibayangi sejumlah insiden seperti kesalahan panitia, banjir parah, dan perang melawan Kamboja.
Ajang olahraga dua tahunan ini akan berlangsung hingga 20 Desember. Ribuan atlet dari 11 negara Asia Tenggara bertanding dalam berbagai cabang olahraga (cabor).
Selain di Bangkok, sejumlah laga SEA Games juga digelar di Provinsi Chonburi.
Tuan rumah menurunkan pebulu tangkis andalannya, Kunlavut Vitidsarn, yang merupakan peraih medali perak dunia.
Namun, kemeriahan pesta olahraga ini dibayangi sejumlah insiden dan kontroversi yang mencoreng penyelenggaraan.
Kesalahan teknis dan protes suporter
Sebelum upacara pembukaan digelar di Stadion Nasional Rajamangala, sejumlah insiden terjadi.
Salah satunya saat pertandingan sepak bola putra Vietnam vs Laos pekan lalu, lagu kebangsaan tidak diputar karena gangguan sistem audio.
Akibatnya, para pemain dan pelatih menyanyikan lagu kebangsaan tanpa iringan musik.
Kepala Otoritas Olahraga Thailand selaku panitia penyelenggara menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut.
Ada juga kesalahan teknis mengenai pemasangan bendera negara.

Kesalahan ini membuat bingung jurnalis dan penggemar olahraga, serta menambah tekanan pada panitia, tulis media Thailand Matichon.
Insiden lainnya terjadi ketika tim nasional Thailand bertanding melawan Timor Leste. Stadion terlihat kosong karena boikot dari suporter tuan rumah.
Mereka memprotes kebijakan tiket yang mewajibkan registrasi menggunakan kartu identitas alias KTP, serta kekhawatiran terkait alokasi tempat duduk.
Pihak berwenang berdalih, aturan registrasi diterapkan demi alasan keamanan dan akan tetap diberlakukan sepanjang pertandingan.
Banjir Thailand

Di tengah kondisi tersebut, Kamboja menarik hampir separuh dari kontingennya dengan alasan keamanan, menyusul bentrokan baru di perbatasan dengan Thailand pada Senin (8/12/2025).
Sebanyak delapan cabang olahraga ditinggalkan, termasuk sepak bola, gulat, judo, karate, dan petanque—olahraga asal Perancis yang menempatkan Thailand sebagai kekuatan utama dunia.
Meski menuai kecaman dari publik dan warganet, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul tetap membela penyelenggaraan SEA Games. Ia menekankan, banjir dan keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar yang harus dihadapi.
"Perubahan lokasi mendadak dan tambahan biaya membuat kami harus beradaptasi dengan cepat," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Otoritas Olahraga Thailand, Gongsak Yodmani, mengakui bahwa masa transisi pemerintahan turut memengaruhi proses persiapan.
"Upacara pembukaan mungkin tidak semegah biasanya, tetapi tetap akan diselenggarakan dengan elegan dan penuh martabat," kata Gongsak, dikutip dari media lokal.
Thailand kali terakhir menjadi tuan rumah SEA Games pada 2007. "Negeri Gajah Putih" ini juga menjadi tempat penyelenggaraan perdana ajang tersebut pada 1959.
SEA Games dikenal karena menghadirkan sejumlah cabang olahraga khas Asia Tenggara yang tidak dipertandingkan di Olimpiade, seperti sepak takraw dengan bola rotan, hingga pencak silat dari Indonesia.
Kontroversi beberapa kali terjadi dalam sejarah SEA Games. Pada edisi sebelumnya di Kamboja 2023, final sepak bola putra Indonesia vs Thailand berlangsung panas.
Pertandingan itu diwarnai tujuh gol, empat kartu merah, dan dua keributan massal yang mencoreng sportivitas.