Beratnya Pemain Semen Padang, Jadi Korban Bencana Alam dan Kini Harus Lawan Persija - Semua Halaman - Bolasport
Beratnya Pemain Semen Padang, Jadi Korban Bencana Alam dan Kini Harus Lawan Persija - Semua Halaman - Bolasport.com
BOLASPORT.COM - Situasi sulit harus dihadapi Semen Padang yang akan menjamu Persija Jakarta pada pekan ke-14 Super League 2025/2026 di Stadion H Agus Salim, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (22/12/2025).
Pasalnya, Semen Padang sedang berduka karena musibah bencana alam yang terjadi di Pulau Sumatera.
Di Padang, ada sebuah daerah yang terkena banjir dan menewaskan beberapa orang.
Lokasi kejadian itu sangat dekat dengan Stadion H Agus Salim, sekitar 10 km.
Bahkan, ada beberapa pemain Semen Padang yang keluarganya menjadi korban bencana alam.
Seperti Firman Juliansyah yang dimana rumahnya tenggelam karena banjir.
"Kemarin ada beberapa pemain yang bersih-bersih rumah karena orang tuanya tinggal di sana," kata Dejan Antonic kepada awak media termasuk BolaSport.com.
Lanjut Dejan Antonic, situasi di Semen Padang sudah terasa saat melawan Persik Kediri pada pekan ke-13 Super League 2025/2026 di Stadion Brawijaya, Kediri, Jawa Timur, 27 November 2025.
Sebelum pertandingan, para pemain mendapatkan informasi bahwa rumahnya rusak karena banjir.
Kendati demikian, Semen Padang tetap bermain meskipun kalah 1-2 dari Persik.
Sekarang, kondisi di Padang masih belum stabil dan Kabau Sirah harus bermain melawan Persija yang kini duduk di posisi kedua klasemen sementara Super League 2025/2026.
"Saya cuma mau bilang pemain ada fokus lebih untuk keluarganya dahulu daripada sepak bola."
"Saya hanya bersikap seperti manusia karena kita perlu menghormati sesuatu dan perlu membantu orang-orang di sana," kata Dejan Antonic.
Dejan Antonic berharap saat melawan Persija, ia ingin para pemainnya bisa memberikan permainan terbaik.
Kemenangan wajib didapatkan demi membangkitkan lagi semangat korban bencana alam.
"Saya berharap besok kalau kita kembali ke sana. Semoga kita semua bisa bantu dengan cara tertentu."
"Bagaimana kita bisa bantu orang di sana karena hidup di sana berat sekali. Di Aceh sama. Katanya di Medan sama."
"Kita tahu karena anak-anak selalu di telepon. Dan kita dapat informasi untuk semuanya. Tapi, puji Tuhan semoga bisa selesai semua dan hidup bisa kembali ke normal," tutup pelatih berusia 56 tahun itu.
