Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Asian Games Featured Sepak Bola Sepak Bola Indonesia Spesial Timnas Indonesia

    Apa? Timnas Sepak Bola Tak Dikirim ke Asian Games 2026? - Bolasport

    8 min read

     

    Apa? Timnas Sepak Bola Tak Dikirim ke Asian Games 2026? - Bolasport.com

    Rabu, 24 Desember 2025 | 17:00 WIB
    Penulis : 
    Kementerian Pemuda dan Olahraga akan segera memutuskan apakah tim sepak bola Indonesia tetap layak dikirim ke Asia Games 2026 atau tidak setelah gagal di SEA Games 2025. (PSSI.ORG, AICHI-NAGOYA2026.ORG)

    CABANG olahraga yang gagal meraih medali emas di SEA Games 2025, termasuk tim sepak bola, mulai dievaluasi. Hukuman yang akan diterapkan antara lain tak mengirimnya ke Asian Games 2026.

    Rapat evaluasi itu mulai digelar di Jakara pada Senin (22/12/2025) sore, dipimpin langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir.

    Evaluasi tahap awal tersebut diikuti Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Surono dan tim review SEA Games 2025 Thailand.

    Hasil rapat itu merekomendasikan kepada tim evaluasi untuk menganalisis lebih rinci rapor cabang olahraga (cabor) di SEA Games 2025 pada medio Januari mendatang.

    Analisis itulah yang dijadikan dasar untuk memetakan dan menentukan cabor apa saja yang memiliki potensi meraih emas, sehingga benar-benar layak dikirim ke Asian Games 2026.

    Erick Thohir memastikan, penentuan cabor yang akan dikirim ke hajatan olahraga seluruh negara Asia itu harus segera diputuskan pada awal 2026. 

    Sebab, dibutuhkan persiapan lebih dini dari semua sisi, terutama waktu dan alokasi anggaran, untuk mengikuti Asian Games di Jepang pada 19 September hingga 4 Oktober 2026.

    "Kami bergerak cepat, kami tidak mau terlena dengan hasil positif ini (peringkat kedua SEA Games 2025 dengan 91 emas)," tegas Erick, sebagaimana dikutip dari situs Kemenpora.

    "Jadi, begitu SEA Games selesai, langsung di hari Senin sore, saya bersama Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Surono dan tim evaluasi duduk bersama untuk membahas garis besar bagaimana performa kontingen kita di SEA Games kemarin."

    "Ini baru tahap evaluasi awal, analisis detailnya nanti mungkin di sekitar minggu kedua Januari."

    "Di saat itu saya juga ingin kami sudah bisa memetakan potensi emas di Asian Games, sehingga juga bisa mulai melakukan review cabor apa dan siapa atlet yang akan berangkat."  

    "Waktu yang kami miliki tidak lama lagi, kurang dari sembilan bulan sudah mulai Asian Games, sehingga butuh segera perumusan strategi dan perencanaan yang matang," tandas Menpora.

    Indonesia melebihi targetnya di SEA Games 2025 dengan finis di peringkat kedua, mengumpulkan 91 emas. Sayangnya, Timnas U-22 Indonesia gagal mempertahankan medali emas.
    Indonesia melebihi targetnya di SEA Games 2025 dengan finis di peringkat kedua, mengumpulkan 91 emas. Sayangnya, Timnas U-22 Indonesia gagal mempertahankan medali emas. (INSTAGRAM.COM/ERICKTHOHIR)

    Indonesia melampaui target tiga besar minimal 80 emas di SEA Games 2026, yaitu finis di peringkat kedua dengan 91 emas, 112 perak, dan 130 perunggu.

    Pada SEA Games 2023 di Kamboja, kontingen Merah Putih finis di peringkat ketiga dengan 87 emas, 80 perak, dan 109 perunggu. 

    Dari 49 cabor SEA Games 2025 yang diikuti Indonesia, atletik menyumbang terbanyak dengan sembilan emas, disusul menembak dan panahan masing-masing enam emas.

    Wushu menyumbang lima emas, sementara panjat tebing, judo, perahu naga, dan pencak silat masing-masing empat emas. 

    Cabor paling populer sekaligus heboh di Indonesia, sepak bola, gagal mempersembahkan medali perunggu sekalipun.

    Timnas U-22 Indonesia putra, yang berstatus juara bertahan, malah sudah tersingkir di fase penyisihan grup, sementara putrinya bertahan sampai semifinal.

    Melihat hasil sangat mengecewakan itu, apakah timnas sepak bola, terutama putra, harus dijatuhi hukuman tak dikirim ke Asian Games 2026? 

    Kegagalan di SEA Games 2025 seharusnya tak dipandang sebagai hasil biasa.

    Ajang itu merupakan level minimal yang paling realistis untuk mengukur kesiapan tim nasional kelompok umur. 

    Namun, ketika target gagal tercapai, maka evaluasi tak boleh berhenti pada skor dan klasemen.

    Asian Games 2026 memiliki level kompetisi yang jauh lebih tinggi.

    Negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Iran menjadikan ajang itu sebagai bagian dari sistem pembinaan yang ketat, bukan sekadar pengiriman tim demi partisipasi.

    Oleh karena itu, pertanyaan fundamentalnya bukan "perlu atau tidak mengirim timnas", melainkan "dengan status dan tujuan apa". 

    Jika punishment diterapkan secara konsisten, maka mengirim tim yang sama ke Asian Games sebagai tim target prestasi medali jelas tak logis.

    Kegagalan di level regional ASEAN menunjukkan adanya masalah pada kualitas permainan, mental bertanding, atau manajemen tim.

    Mengabaikan fakta-fakta itu hanya akan menormalisasi kegagalan dan mengaburkan makna target. 

    Asian Games tetap bisa dimanfaatkan secara rasional.

    Pengiriman tim harus didefinisikan ulang sebagai program pengembangan, bukan misi medali.

    Lagi pula, Indonesia memang belum pernah meraih medali sepak bola Asian Games sejak pemberlakuan kelompok umur, karena sejauh ini baru sebatas sampai babak 16 besar.

    Komposisi pemain, staf pelatih, dan target turnamen harus disampaikan secara transparan kepada publik agar tak terjadi ekspektasi semu.

    Asian Games 2026 seharusnya menjadi cermin kedewasaan pengelolaan sepak bola Indonesia: apakah berani menegakkan evaluasi berbasis prestasi atau kembali memilih jalan aman tanpa pembelajaran.

    Mari kita bercermin ke negara Asia yang sudah sangat maju sepak bolanya seperti Jepang dan Korea Selatan.

    Jepang memiliki kebijakan menjadikan Asian Games sebagai uji kedalaman skuad, rotasi pelatih dan pemain jika gagal target, serta berorientasi ke progres permainan, bukan medali semata.

    Korea Selatan tampil dengan disiplin target dan konsekuensi, menjadikan Asian Games ajang krusial karena terkait wajib militer, serta memilih pemain berbasis performa di klub dan mentalnya.

    Pelajaran yang bisa dipetik Indonesia adalah negara yang maju sepak bolanya tidak mencampur aduk antara pembinaan dan pencitraan.

    Komentar
    Additional JS