Simon Tahamata Nilai Seleksi Pemain di Indonesia Sudah Terlambat: di Belanda Sudah Dilakukan Sejak Usia 8 Tahun - Semua Halaman - Bolasport.
Simon Tahamata Nilai Seleksi Pemain di Indonesia Sudah Terlambat: di Belanda Sudah Dilakukan Sejak Usia 8 Tahun - Semua Halaman - Bolasport.com
BOLASPORT.COM - Kepala Pemandu Bakat PSSI, Simon Tahamata mengungkap salah satu tantangan untuk menemukan pemain berbakat yang jadi tulang punggung Timnas Indonesia pada masa depan.
Pria asal Belanda tersebut sudah bekerja sejak akhir Mei 2025 untuk menemukan bakat masa depan Timnas Indonesia.
Tugas pertama Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat PSSI adalah memantau calon-calon pemain berkualitas untuk Timnas U-17 Indonesia di Piala Asia U-17 2026.
Meski begitu, legenda Ajax Amsterdam tersebut mengaku bahwa praktek seleksi pemain berbakat di Indonesia sudah terlambat berdasarkan usianya.
Pasalnya, seleksi pemain berbakat di Indonesia baru dilakukan sejak usia 13-14 tahun.
Sementara di Belanda, seleksi pemain berbakat sudah digelar sejak usia 8 tahun.
Namun, pria berdarah Maluku tersebut memilih bersabar dengan situasi di Indonesia.
Pasalnya, pihaknya tidak bisa memaksakan melaksanakan sejak usia anak-anak.
Tim pemandu bakat PSSI kini mencoba banyak berhubungan dengan pelaku pembinaan sepak bola usia muda di Tanah Air.
Simon menilai sudah banyak sekolah sepak bola sudah memulai pembinaan sejak usia sangat dini (6-8 tahun).
Karena itu, PSSI tinggal memastikan para pemain pada usia 13-14 tahun masuk kategori berbakat atau tidak.
"Ya, di Belanda sejak usia 8 tahun, sudah ada seleksi bagi calon-calon pemain masa depan," ujar Simon Tahamata dalam keterangan yang didapatkan oleh BolaSport.com dari PSSI.
"Di Indonesia, terus terang, sudah terlambat dengan bikin seleksi dengan umur lebih muda lagi."
"Di Indonesia kita mulai seleksi dari usia 13-14 tahun."
"Secara perlahan dan harus kita ikuti seperti di Eropa yaitu sejak 8 tahun."
"Namun butuh waktu dan mesti sabar sedikit."
"Karena bagaimanapun juga, kita tidak bisa paksakan anak-anak di usia tersebut."
"Kita bisa pula berhubungan dengan sekolah sepakbola."
"Itu bisa dicoba karena perkenalan dasar di usia paling dini sangat penting."
"Sehingga di usia 13-14 tahun, kita sudah tahu apakah pemain muda ini berbakat atau tidak," ujarnya.
Simon mengaku bahwa luasnya wilayah Indonesia jadi penyebab sulitnya membentuk sistem pembinaan yang berkelanjutan.
"Indonesia negara besar, tantangan bukan hanya soal menemukan pemain, tapi memastikan mereka mendapat pembinaan berkelanjutan," ujar Simon.
"Indonesia banyak anak yang punya bakat dan mau bermain bola."
"Tapi perlu ditanamkan kepada pemain-pemain muda itu untuk kerja keras," katanya.
