Pelatih timnas Indonesia, Patrick Kluivert. (Timnas Indonesia)

BOLASPORT.COM - Patrick Kluivert jadi sosok yang bertanggung jawab penuh atas kegagalan timnas Indonesia.

Timnas Indonesia membawa mimpi untuk bisa bermain di Piala Dunia dan bertarung dengan sengit sejak 2 tahun lalu.

Diantar Shin Tae-yong ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, mereka tidak bisa melangkah jauh.

Meski sempat menjadi tim kuda hitam, skuad Garuda harus kembali menahan untuk bisa bermain di ajang sepak bola paling bergengsi antar negara tersebut.

Hasil ini membuat mereka harus melupakan bermain di Piala Dunia 2026.

Selanjutnya, mereka akan berjuang untuk bisa lolos ke Piala Dunia 2030.

Namun, kegagalan ini berdampak cukup besar di tubuh timnas Indonesia.

Patrick Kluivert sendiri dikontrak oleh PSSI dengan durasi dua tahun dengan opsi tambahan dua tahun.

Melihat kondisi ini maka dia berpeluang kembali bertugas di kualifikasi Piala Dunia selanjutnya.

Dengan catatan PSSI tidak melakukan pemutusan kontrak di tengah jalan.

Hal yang jadi sorotan adalah pemain-pemain timnas yang sudah mulai menua.

Berkaca dengan skuad yang ada saat ini, mimpi Stefano Lilipaly untuk berlaga di Piala Dunia saat Indonesia lolos sepertinya sudah tertutup.

Sang pemain saat ini sudah berusia 35 tahun dan ini tentu bukan posisi yang menguntungkan.

Pemain kedua paling senior di timnas adalah Jordi Amat dengan usia 33 tahun.

Belum berhenti di situ, Marc Klok dan Joey Pelupessy juga sudah tidak lagi muda saat Piala Dunia 2030 mendatang.

Pemain andalan timnas lain seperti Thom Haye dan Sandy Walsh saat ini sudah berusia 30 tahun.

Ricky Kambuaya dan Kevin Diks sudah berusia 29 tahun dan lima tahun lagi belum tentu pemain ini masih bugar.

Selanjutnya ada empat pemain yang sama-sama berusia 28 tahun yakni Nadeo Argawinata, Calvin Verdonk, Yakob Sayuri, dan Yance Sayuri.

Data-data ini tentu bukan jadi jaminan mereka tidak bisa bermain di timnas Indonesia untuk kualifikasi selanjutnya.

Namun, ini jadi sinyal bahwa skuad Garuda perlu perombakan besar untuk bisa menjaga konsistensi.

Timnas kelompok umur akan jadi jembatan regenerasi dan kompetisi Super League harus meningkat secara kualitas.

Ini jadi tugas PSSI dan sudah waktunya ada perubahan karena momentum yang ada sudah cukup tepat.

Tentu, persaingan di kualifikasi Piala Dunia tidak akan mudah tetapi kuota Asia yang masih terbuka lebar bisa jadi peluang.