Tidak Hanya Gagal Lolos ke Piala Dunia, Inilah 8 Dosa Besar Patrick Kluivert sebagai Pelatih Timnas Indonesia - Semua Halaman - Bolasport
Tidak Hanya Gagal Lolos ke Piala Dunia, Inilah 8 Dosa Besar Patrick Kluivert sebagai Pelatih Timnas Indonesia - Semua Halaman - Bolasport.com
BOLASPORT.COM - Patrick Kluivert memang pantas mendapatkan ganjaran terberat usai gagal membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Sejumlah dosa besar sudah dilakukannya sejak awal dirinya menjadi juru taktik Skuad Garuda.
Timnas Indonesia gagal ke Piala Dunia 2026 usai kalah dari Arab Saudi dan Irak di ronde keempat.
Skuad Garuda finis sebagai juru kunci Grup B di ronde keempat.
Patrick Kluivert jelas jadi biang kerok kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026.
Sejumlah dosa besar sudah terlihat sejak awal dirinya melatih Timnas Indonesia.
1. Menghilangkan Warisan Filosofi Shin Tae-yong
Selama Shin Tae-yong melatih Timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, formasi tiga bek dan taktik serangan balik cepat sebagai andalan pelatih asal Korea Selatan.
Shin Tae-yong juga melakukan naturalisasi beberapa pemain sesuai kebutuhan skemanya seperti Jay Idzes, Calvin Verdonk, Thom Haye, Justin Hubner, hingga Kevin Diks untuk menutup kekurangan taktik.
Formasi ini berhasil jadi resep jitu untuk mengguncang para raksasa Asia selama ronde ketiga.
Namun, pola ini dibongkar total oleh Patrick Kluivert sejak debutnya sebagai pelatih dan tanpa kesempatan pemusatan latihan jangka panjang.
Patrick Kluivert langsung menunjukkan penguasaan bola dalam debutnya lawan Australia, hasilnya Merah Putih dipermak 1-5 di Sydney.
Memang Patrick Kluivert mau berubah dalam tiga laga terakhir ronde ketiga dengan kembali ke warisan Shin Tae-yong dan sukses menghasilkan dua kemenangan dan satu kekalahan. Hasil ini membuat Garuda lolos ke ronde keempat.
Namun, pada ronde keempat, Patrick Kluivert kembali coba-coba formasi di laga krusial dengan menurunkan formasi 4-2-3-1 saat jumpa Arab Saudi dan Irak.
2. Menurunkan Pemain di Luar Posisi Terbaik
Patrick Kluivert kerap menurunkan pemain di luar posisi terbaiknya. Sebagai contoh, pelatih asal Belanda tersebut menurunkan starting XI aneh saat jumpa Arab Saudi di laga perdana ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Marc Klok yang absen sejak 2024 langsung diturunkan sebagai starter sebagai duet gelandang bertahan dengan Joey Pelupessy.
Tidak ada nama Thom Haye dalam starting XI, padahal dirinya jadi andalan di lini tengah sejak debut bersama Timnas Indonesia.
Sementara Yakob Sayuri yang posisi terbaiknya adalah penyerang sayap di Timnas Indonesia dipaksa menjadi bek kanan.
Hasilnya, Timnas Indonesia diobok-obok oleh para pemain Arab Saudi sepanjang pertandingan.
Ricky Kambuaya diturunkan dalam dua posisi berbeda pada ronde keempat menjadi striker dan penyerang sayap kiri.
Eksperimen berikutnya adalah menurunkan Mauro Zijlstra, Eliano Reijnders, dan Ricky Kambuaya sebagai andalan lini depan saat jumpa Irak, alih-alih Miliano Jonathans, Ole Romeny, hingga Ragnar Oratmangoen.
3. Tidak Pernah Menetap di Indonesia Selama Jadi Pelatih Skuad Garuda
Patrick Kluivert jadi sosok yang tidak pernah menetap di tanah air selama melatih Timnas Indonesia.
Sikapnya ini juga diikuti hampir semua asistennya yang dibawa dari negeri Belanda.
Patrick Kluivert dan semua staf pelatihnya hanya akan terbang ke Indonesia sesaat sebelum FIFA Match Day dengan fasilitas pesawat bisnis.
Tentu, meski memang banyak pemain keturunan yang tampil di Eropa, sikap ini tetap menimbulkan pertanyaan.
Pasalnya, para pendahulunya seperti Luis Milla, Simon McMenemy hingga Shin Tae-yong memilih menetap di Indonesia selama jadi juru taktik Skuad Garuda.
4. Isu Perpecahan Ruang Ganti
Publik menduga ada perpecahan di ruang ganti usai Timnas Indonesia kalah dari Arab Saudi.
Thom Haye dan Kevin Diks sempat ribut dan beradu argumen dalam sebuah momen di laga lawan Arab Saudi.
Selain itu, Marc Klok dan Beckham Putra "ngotot" menasehati Jay Idzes. Marc Klok diduga jadi sosok di balik perpecahan ruang ganti usai lawan Arab Saudi.
Lebih parah lagi, Marc Klok terlihat mengunggah foto tanpa kehadiran Jay Idzes di akun Instagram pribadinya.
Justin Hubner juga mengunggah kegeramannya di akun Instagram pribadinya usai tidak diberi kesempatan tampil bersama Timnas Indonesia saat jumpa Arab Saudi.
Bahkan Manajer Timnas Indonesia, Sumardji juga ikut mempertanyakan 11 pemain pertama yang dipilih Patrick Kluivert menghadapi Arab Saudi.
5. Memanggil Pemain yang "Sudah Habis"
Patrick Kluivert memanggil beberapa nama yang terpinggirkan di era Shin Tae-yong seperti Marc Klok.
Marc Klok yang sudah berusia 32 tahun dan tidak pernah tampil di kompetisi resmi level Asia sejak 2024, tetapi justru dipanggil oleh Patrick Kluivert.
Masuknya Marc Klok justru memakan korban Ivar Jenner dan Nathan Tjoe-A-On yang jadi andalan Shin Tae-yong di posisi yang sama.
Ivar Jenner bahkan tidak dapat panggilan untuk ronde keempat, sedangkan Nathan Tjoe-A-On tidak masuk DSP untuk laga lawan Arab Saudi.
Hasilnya, Marc Klok keteteran menahan lini depan lawan dan jadi penampil terburuk malam itu.
6. Buta Kekuatan Sepak Bola Asia
Patrick Kluivert memang buta, bahkan tidak mau tahu soal peta kekuatan sepak bola Asia.
Pelatih asal Belanda tersebut ngeyel menurunkan taktik penguasaan bola gaya Belanda, sedangkan tim-tim Asia lebih jago dalam mengeksploitasi lini belakang lawan melalui skema serangan balik.
Akibatnya taktik penguasaan bola Patrick Kluivert kerap jadi makanan empuk lawan dari kawasan Asia.
7. Kurangnya Mentalitas di Laga Tandang
Patrick Kluivert tidak seperti pendahulunya di Timnas Indonesia yang mampu membakar semangat para pemainnya meski tampil di luar kandang.
Timnas Indonesia berhasil tampil bersinar menahan Arab Saudi dan Bahrain di kandang mereka pada ronde ketiga.
Selain itu, Shin Tae-yong juga memutus puasa kemenangan 20 tahun di markas Vietnam.
Hal ini jauh berbeda dengan Patrick Kluivert yang kalah empat kali dalam empat laga tandangnya sebagai pelatih Timnas Indonesia.
8. Dosa Terbesar: Menyia-nyiakan Generasi Emas Timnas Indonesia
Patrick Kluivert praktis menyia-nyiakan potensi generasi emas Timnas Indonesia saat ini gara-gara gagal lolos ke Piala Dunia 2026.
Pasalnya, ada 12 pemain Timnas Indonesia yang kemungkinan sudah tidak dalam kondisi prima pada Piala Dunia 2030 mendatang.
12 pemain tersebut antara lain Stefano Lilipaly (35 tahun), Jordi Amat (33 tahun), Marc Klok (32 tahun), Joey Pelupessy (31 tahun), Thom Haye (30 tahun), Sandy Walsh (30 tahun), Ricky Kambuaya (29 tahun), Kevin Diks (29 tahun), Calvin Verdonk, Nadeo Arga Winata, Yakob Sayuri, Yance Sayuri (28 tahun).
Sebagian besar dari mereka saat ini tampil di liga top Eropa seperti Joey Pelupessy, Calvin Verdonk, dan Kevin Diks.
Praktis, siapa pun penerus Patrick Kluivert harus menemukan pengganti yang sepadan untuk 12 nama tersebut untuk mengarungi Piala Asia 2027 dan Kualifikasi Piala Dunia 2030.
