Striker Qatar Akui Cara Busuk demi Lolos ke Piala Dunia 2026 - Semua Halaman - Bolasport
Striker Qatar Akui Cara Busuk demi Lolos ke Piala Dunia 2026 - Semua Halaman - Bolasport.com
BOLASPORT.COM - Striker Timnas Qatar Akram Afif mengakui, negaranya bisa lolos ke Piala Dunia 2026 tak murni dengan cara-cara fair play.
Afif mengungkapkan bahwa dia sengaja memprovokasi dan menyuruh para suporter timnasnya untuk melempar benda-benda ke lapangan demi membuang waktu dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia yang menentukan melawan Uni Emirat Arab (UEA).
Qatar meraih kemenangan 2-1 atas UEA di Stadion Jassim bin Hamad, Al Rayyan, Doha, Rabu (15/10/2025) dini hari WIB lalu, memuncaki klasemen Grup A sekaligus lolos langsung ke Piala Dunia 2026 di Amerika Utara.
Juara bertahan Piala Asia itu membutuhkan kemenangan di laga terakhir Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 tersebut untuk lolos langsung, sementara hasil imbang sudah cukup bagi UEA untuk lolos.
Sebelum pertandingan itu, UEA memimpin klasemen dengan 3 poin hasil kemenangan 2-1 atas Oman, sementara Qatar baru 1 poin.
Video yang beredar menunjukkan Akram Afif memberi isyarat kepada para penggemar Timnas Qatar, yang kemudian melemparkan berbagai botol air ke lapangan menjelang akhir pertandingan.
Ketika itu, Qatar unggul 2-1 atas UEA dalam pertandingan emosional yang dipimpin wasit Ilgiz Tantashev dari Uzbekistan tersebut
Dalam wawancara televisi dengan surat kabar Arab Saudi Asharq Al-Awsat pada upacara Penghargaan AFC di Riyadh, Afif mengakui terpaksa menempuh cara busuk atau tak sportif itu demi memastikan kemenangan.
"Hanya untuk membuang-buang waktu, tentu saja. Sejujurnya, saya menyuruh mereka melempar (barang) agar kami bisa membuang-buang waktu," ucap Afif, dikutip dari Reuters.
Penyerang Al Shadd itu menambahkan sambil tersenyum, "Pada saat yang sama, saya meminta mereka untuk berhenti agar wasit tidak menambah (waktu tambahan). Pada akhirnya, (kami mendapatkan) tiga poin."
Ketegangan meningkat ketika Pedro Miguel mencetak gol kedua Qatar pada menit ke-74, yang memicu para suporter UEA untuk melempar botol dan gelas plastik ke lapangan sebelum pertandingan dilanjutkan.
Miguel adalah bek kelahiran Portugal berusia 35 tahun yang telah berada di Qatar sejak Januari 2011.

Insiden serupa terjadi pada Piala Asia 2019, ketika Qatar mengalahkan tuan rumah UEA 4-0 di semifinal, yang memicu suporter Emirat untuk melempar benda dan ponsel ke arah pemain Qatar.
Rupanya, Akram Afif sudah tahu betul bagaimana menghadapi UEA, apalagi di saat-saat genting untuk menentukan hasil akhir.
Striker berusia 28 tahun itu meraih dua kali penghargaan Pemain Terbaik Asia, yang pertama tahun 2019 setelah berperan signifikan dalam kesuksesan Qatar di Piala Asia, dan kedua tahun 2023.
Pemilik 120 cap dan 39 gol Timnas Qatar itu memainkan peran sangat penting dalam perjalanan negaranya lolos ke Piala Dunia 2026.
Piala Dunia di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada ini akan menjadi penampilan kedua Qatar di turnamen tersebut setelah menjadi tuan rumah pada tahun 2022 dan lolos untuk pertama kali melalui jalur kualifikasi Asia.
Lolos dari jalur kualifikasi itu pun sebetulnya penuh kontroversi karena penunjukan langsung Qatar sebagai tuan rumah putaran keempat diprotes UEA dan Oman.
Namun, AFC bergeming terhadap protes itu, tak berbeda dengan FIFA yang memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sarat dengan korupsi, sebagaimana diungkapkan Phaedra Almajid.
Almajid awalnya merupakan media officer untuk tim penawaran (bidding) Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 sebelum kehilangan pekerjaannya pada 2010 dan mengungkap tuduhan korupsi, sehingga terpaksa berada di bawah perlindungan FBI di AS.
Dikutip dari Independent, Almajid sempat mendesak presiden FIFA kala itu, Sepp Blatter, untuk mengumumkan pembukaan kembali pemungutan suara tuan rumah Piala Dunia 2022 sebagai bagian dari serangkaian reformasi yang telah dijanjikannya sebelum lengser.
Qatar telah membantah keras klaim Almajid bahwa para pejabatnya membayar delegasi FIFA untuk merebut suara mereka. Komite Tertinggi Qatar 2022 mengatakan, "Kami tetap pada kualitas dan integritas pencalonan kami dan tidak akan berkomentar lebih lanjut saat ini mengenai tuduhan yang telah, selama bertahun-tahun, diselidiki, diuji, dipertimbangkan, dan ditolak."
