FIFA Ungkap Aturan yang Bikin Hassan Altambakti Tak Diusir Wasit Usai Handsball Lawan Timnas Indonesia - tvOnenews.com
FIFA Ungkap Aturan yang Bikin Hassan Altambakti Tak Diusir Wasit Usai Handsball Lawan Timnas Indonesia
- Reporter :
- Editor :Ferdyan Adhy Nugraha
Jakarta, tvOnenews.com - Bek Arab Saudi, Hassan Altambakti tidak mendapat kartu kuning kedua alias merah saat menghadapi Timnas Indonesia. Begini penjelasannya yang membuatnya tidak diusir wasit.
Timnas Indonesia untuk sementara ditahan imbang Arab Saudi di King Abdullah Sport City, Jeddah, Kamis (9/10/2025). Skuad Garuda sempat unggul lebih dulu sebelum disamakan Green Falcons.
Dalam pertandingan tersebut, Hassan Altambakti mendapat kartu kuning pertama saat melanggar Miliano Jonathans di sisi kanan penyerangan Timnas Indonesia pada menit kelima.
Dean James yang maju sebagai eksekutor membuat umpan silang akurat yang menciptakan kemelut di depan gawang. Bola mengarah ke tangan Hassan Altambakti yang berduel dengan Kevin Diks dan Jay Idzes.
Wasit Ahmed Al-Ali sempat mengecek VAR untuk memastikan adanya handsball yang dilakukan Hassan Altambakti. Setelah dicek cukup lama, Tim Merah Putih akhirnya mendapat hadiah penalti.
Kevin Diks akhirnya maju sebagai eksekutor dan berhasil menjalankannya dengan sangat sempurna. Sayang, Arab Saudi berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-17 lewat tendangan Waheb Saleh.
Lantas, apa alasan wasit tidak mengeluarkan kartu kuning kedua alias merah dari wasit? begini penjelasannya.
Menurut Laws of the Game yang diterbitkan International Football Association Board (IFAB) dan menjadi acuan resmi FIFA, keputusan wasit tergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan pemain tersebut.
Apabila pemain melakukan pelanggaran ringan di kotak penalti, misalnya menjatuhkan lawan tanpa niat kasar maka wasit hanya akan memberi hadiah penalti tanpa kartu tambahan. Aturan ini berlaku meskipun pemain tersebut sebelumnya sudah mendapat satu kartu kuning. Artinya, sang pemain tetap boleh melanjutkan pertandingan.
FIFA secara resmi sudah menghapus aturan “double punishment” sejak 2016. Tujuannya agar pemain tidak mendapat hukuman ganda (penalti dan kartu merah) untuk pelanggaran yang tidak berbahaya.
Namun, situasinya berbeda jika pelanggaran itu termasuk kategori DOGSO (denying an obvious goal-scoring opportunity), yaitu menghalangi peluang mencetak gol yang jelas. Dalam kasus seperti ini, wasit akan melihat apakah pemain berusaha merebut bola atau sengaja menghalangi lawan tanpa niat merebut bola.
Jika pemain berusaha merebut bola, maka wasit akan memberikan kartu kuning. Bila itu merupakan kartu kuning kedua, maka otomatis berubah menjadi kartu merah dan pemain harus keluar lapangan.
Namun jika pelanggaran dilakukan tanpa niat merebut bola (seperti menarik baju atau dorongan sengaja), maka wasit akan langsung menunjukkan kartu merah langsung.
Dalam kasus pelanggaran keras, seperti menendang atau menyikut lawan dengan intensi berbahaya, hukuman langsung berupa penalti dan kartu merah tanpa peringatan.
Jadi, pemain yang sudah mengantongi kartu kuning tidak otomatis diusir ketika menyebabkan penalti. Semua tergantung pada seberapa berat pelanggaran yang dilakukan.
Jika pelanggaran ringan, cukup penalti. Namun jika dianggap menghalangi peluang gol atau mengandung kekerasan, maka wasit wajib mengeluarkan kartu merah.
Dengan demikian, handsball yang dilakukan Hassan Altambakti tidak memenuhi unsur-unsur untuk mendapat kartu kuning kedua alias merah. (Fan)