Bulu Tangkis Indonesia,
Indonesia Open 2025 - Menangi Duel Sesama 'Istora Boy', Anders Antonsen Rasakan Sakit dan Tidak Bisa Tidur demi Titel Pertama 2025 - Semua Halaman - Bolasport
BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putra Denmark, Anders Antonsen, merasa lega berhasil memenangi Indonesia Open 2025.
Gelar pada turnamen level Super 1000 tersebut didapat setelah mengalahkan Chou Tien Chen (Taiwan) pada partai final yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (8/6/2025), dengan skor 22-20, 21-14.
Hasil laga ini membalas kekalahan Antonsen pada turnamen dan lawan yang sama pada 2019.
Antonsen dan Chou adalah pemain yang dijuluki "Istora Boy" karena kerap menampilkan aksi saat penonton di Istora mengucapkan "ea ea" sebagai bentuk dukungan pemain yang berlaga.
"Terima kasih. Tentu saja saya sudah sering tampil disini. Saya terbiasa dengan bunyi. Istora menjadi tempat yang luar biasa untuk bermain bulu tangkis," kata Antonsen kepada media termasuk BolaSport.com seusai laga.
"Tapi hal itu yang membuat menyenangkan bermain di istora karena fans sangat bersemangat dan suaranya terdengar terlalu kuat di sana."
"Ada banyak faktor yang tidak diinginkan saat bermain bulu tangkis. Jadi, itu sulit, tapi sangat menyenangkan juga."
"Jadi, seperti yang saya katakan.Terima kasih banyak kepada semua fans Indonesia. Selalu merasa senang untuk datang ke sini. Saya sangat menyukainya. Jadi, rasanya luar biasa."
Selama laga, pemain berusia 28 tahun itu menggunakan pain killer untuk mengurangi rasa sakit.
"Sebenarnya minggu ini, saya banyak melompat karena mengikuti rangkaian turnamen. Jadi kaki saya terasa keras dan mengapa saya mengambil pain killer kali ini," tutur Antonsen.
"Bulu tangkis adalah permainan yang sangat berat. Kami memainkan hampir lima pertandingan secara beruntun. Bayangkan bahwa kamu perlu menjalani pertandingan lima hari secara langsung."
"Kondisi-kondisi yang sulit, kemarin saya bermain lambat, tidak tidur malam ini. Saya tidur mungkin 1-2 jam, kemudian bangun dan bertanding lagi dan lagi."
"Ini adalah sebuah olahraga yang sangat sulit untuk seluruh badan. Ini juga salah satu alasan mengapa Chou Tien Chen sangat menarik. Dia 35 tahun dan masih bergerak seperti umur 18 tahun. Ini luar biasa."
Antonsen mengaki senang bisa mengembalikan fokus saat tertinggal pada awal gim pertama di tengah gemuruh penonton di Istora.
"Saya mencoba untuk bernafas, saya mencoba untuk berpikir tentang strategi untuk menuju reli berikutnya, yang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan," aku Antonsen.
"Ketika suara mengggila, detak tinggi, saya pikir itu tentang perlahan-lahan di antara rally, coba mengembalikan fokus, berpikir tentang apa yang akan terjadi sekarang, dan berpikir tentang strategi."
"Yang jelas tetap tenang. Ini agak klise karena terjadi hal-hal gila di reli terakhir itu. Saya juga merasa luar biasa bahwa saya bisa berkembang pada gim pertama itu."
"Saya pikir itu sangat penting untuk pertandingan secara keseluruhan. Saya bisa melihat dia (Chou Tien Chen) memenangi pertandingan itu jika dia mengamankan gim pertama."
Gelar Indonesia Open 2025 adalah gelar pertama Antonsen musim ini
"Titel ini artinya banyak bagi saya. Tahun lalu adalah tahun yang luar biasa. Saya menang lebih banyak gelar," ujar Antonsen.
"Jadi, saya agak sedikit frustrasi tahun ini. Saya perlu menang. Saya sedang terbiasa memenangi laga. Sya sedang sedikit bersemangat dan saya benar-benar iakhirnya mendapatkan titel. "
"Saya pikir minggu lalu atau minggu sebelumnya, saya hanya ingin menang satu titel lagi dan kemudian saya baik-baik saja."
"Saya hanya butuh satu titel lagi dan tentu saja saya lapar untuk lebih banyak gelar. Tetapi, saya sangat senang bahwa saya menyelesaikan impian itu dan memenangi Super 1000, salah satu pertandingan terbesar tahun ini."
"Saya pikir ini adalah pertandingan ke-6 saya secara total, dan ke-7 di Indonesia, termasuk Bali juga. Jadi ya, itu luar biasa."
"Saya sangat bersyukur dengan bagaimana tempat ini telah mengubah hidup saya berkali-kali. Jadi ya, saya sangat senang. Ini artinya segalanya bagi saya."
Selasai laga, Antonsen tidak melakukan selebrasi ikonik seperti saat memenangi laga semifinal atas Kunlavut Vitidsarn (Thailand).

"Kamu tidak bisa terlalu mudah ditebak. Saya perlu mengubahnya sedikit. Kalau tidak, akan membosankan jika melihatnya setiap saat," kata Antonsen.
"Jadi, ya kalian mendapatkan selebrasi saya kemarin. Saya pikir kemarin sangat cocok untuk perayaan itu. Jadi hari ini hanya emosi murni."
"Saya tidak memikirkan apa yang akan saya lakukan atau apa pun. Jadi ya, biarkan penonton menebak-nebak."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar