Sepak bola INDONESIA,
Atlet Pulang Lewat Zoom, Timnas Dapat Rolex, Lindswell Kwok Meledak: Di Mana Keadilan untuk Kami? - Halaman all - Tribunnews

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hadiah spesial berupa jam tangan mewah Rolex yang diberikan Presiden RI Prabowo Subianto kepada para pemain Timnas Indonesia usai keberhasilan mereka melaju ke ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat dan atlet.
Baca juga: Harga dan Spesifikasi Rolex GMT-Master II, Jam Tangan yang Diberikan Prabowo kepada Pemain Timnas
Hadiah Rolex Bagi Timnas: Apresiasi atau Pemicu Ketidakadilan?
Bagi pendukung hadiah ini, pemberian Rolex adalah bentuk apresiasi yang pantas atas sejarah yang dibuat para pemain Timnas.
Ini adalah kali pertama Indonesia berhasil menembus babak playoff di kualifikasi Piala Dunia, sebuah pencapaian yang layak dihargai.
Namun, bagi yang kontra, hadiah mahal tersebut justru memicu perasaan ketidakadilan karena dinilai pemerintah tidak konsisten dalam memperlakukan seluruh atlet yang berprestasi di berbagai cabang olahraga (cabor) lain di tanah air.
Kritik Pedas Lindswell Kwok: “Sudah Adil Belum Pemerintah?”
Salah satu yang paling vokal menyuarakan kritik tersebut adalah mantan atlet Wushu dan penerima Satyalancana Dharma Olahraga, penghargaan olahraga tertinggi di Indonesia,
Lindswell Kwok, yang dijuluki “Ratu Wushu” Indonesia. Melalui akun Instagram pribadinya, Lindswell menyoroti adanya kesenjangan perhatian dari pemerintah terhadap atlet cabang olahraga lain.
"Tentu bangga dengan prestasi sejawat. Tapi sudah adil belum pemerintah dalam memfasilitasi atlet-atletnya? Karena cabang olahraganya," tulis Lindswell pada Sabtu (7/6/2025).
Menurut Lindswell, prestasi seharusnya menjadi tolok ukur utama dalam mendapatkan fasilitas dan perhatian dari pemerintah.
Ia menegaskan bahwa kritik yang disampaikan bukanlah untuk menyerang para atlet Timnas, melainkan menyoroti peran pemerintah yang dinilai belum adil dalam mendukung semua cabang olahraga.
Pemulangan Atlet Wushu Junior Lewat Zoom: Kisah di Balik Layar
Lindswell juga mengungkapkan kondisi sulit yang dihadapi atlet wushu junior akibat kebijakan efisiensi anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Atlet-atlet muda tersebut dipulangkan secara sepihak melalui Zoom setelah menjalani masa pelatihan nasional (pelatnas) dan harus meninggalkan sekolah demi mengorbankan waktu untuk mengharumkan nama bangsa.
"Mereka mengorbankan sekolah untuk fokus di pelatnas, tapi tiba-tiba dipulangkan. Sekali lagi. Mereka dipanggil, mereka dikumpulkan, mereka juga dipulangkan secara tidak layak," papar Lindswell.
Proses pemulangan atlet wushu muda tersebut berlangsung secara mendadak dan tanpa komunikasi yang layak, bahkan pemberitahuannya hanya lewat aplikasi meeting Zoom.
Hal ini membuat Lindswell mempertanyakan sikap pemerintah yang lebih memprioritaskan efisiensi anggaran daripada kesejahteraan dan persiapan atlet.
“Bukan karena sejawat kita dapat apresiasi, lalu kita kepanasan. Tapi lihat dulu siapa yang kasih. PRESIDEN, DI MASA EFISIENSI. Di mana cabor lain dicuekin, (namun) cabor yang terkenal dan banyak peminat (lebih) diperhatikan,” tegas Lindswell.
Lebih lanjut, Lindswell menjelaskan kronologi pemulangan para atlet wushu muda. Mereka dipanggil dan dikumpulkan secara mendadak, menjalani seleksi, dan masuk pelatnas, yang membuat mereka harus meninggalkan sekolah.
Namun, setelah delapan bulan menjalani pelatnas, pada akhir Maret 2025, mereka mendapat kabar pemulangan lewat Zoom.
"MEREKA DIPULANGKAN. Dan karena ini adalah program Kemenpora, tentu kita tidak punya daya untuk mempertahankan," ujar Lindswell.
Ia menegaskan bahwa masalah yang dialami atlet wushu ini hanya satu dari sekian banyak kasus yang juga menimpa cabor unggulan lain yang kurang mendapat perhatian setimpal.
“Ini cuma salah satu dari sekian banyak yang dialami cabor-cabor unggulan tapi gak seterkenal bola. Jadi, bisakah cabor lain lebih diperhatikan pemerintah?” lanjut Lindswell.
Sebagai penutup, Lindswell menyatakan kritik ini merupakan bentuk keprihatinan dan harapan agar pemerintah bisa memperbaiki sistem dan sikap dalam memfasilitasi seluruh atlet di Indonesia secara adil. Ia berharap masyarakat juga dapat melihat situasi ini secara objektif.
"Kalau kalian fans, lalu kalian pro dengan ketidakadilan, maka kalian ikut membantu pemerintah menjadi semakin terpuruk kinerjanya. Yang kita harapkan adalah kemajuan di segala sektor, segala bidang."
"Sudah kewajiban aku sebagai orang yang berkecimpung di dunia olahraga untuk speak up," pungkasnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Prabowo Beri Hadiah Jam Tangan Rolex ke Masing-masing Pemain Timnas Indonesia
Dukungan dan Kritik dari Publik
Sementara itu, komika dan pemerhati sosial, Ernest Prakasa, turut berkomentar soal pemberian hadiah jam tangan mewah kepada para pemain Timnas.
Meski mengapresiasi perjuangan para pemain, Ernest mempertanyakan sumber anggaran hadiah tersebut, terutama di tengah isu efisiensi yang digaungkan pemerintah.
"Turut senang untuk para pemain yang sudah berjuang," tulis Ernest di akun X (dulu Twitter) pada Minggu (8/6/2025).
Namun, ia merasa bingung dan bertanya-tanya, “Tapi sebagai warga negara, sepertinya wajar kalau gue bingung, katanya lagi penghematan, terus ini pakai anggaran apa?”.
Komentar Ernest memicu diskusi hangat di media sosial. Sebagian warganet mendukung pernyataannya dan meminta transparansi sumber dana hadiah Rolex tersebut.
Namun, tidak sedikit pula yang menilai pemberian hadiah adalah hal wajar sebagai bentuk penghargaan.
Akun X @banumustafa24 mengingatkan, “Selain hak rakyat untuk mempertanyakan sumber anggaran, pemberian ini juga ngasih efek ke atlit cabor lain yang kurang diperhatikan. Sekali lagi, protes ini enggak menyalahkan atlit sepak bola, tapi meminta pemerintah untuk adil kepada seluruh atlit.”
Akun lain @asnianoy menambahkan, “Olahraga lain macam panjat tebing, angkat besi, Wushu, badminton can't relate. Padahal dibanding sepakbola, olahraga yang disebutkan tadi lebih jelas prestasinya.”
Baca juga: Harga dan Spesifikasi Rolex GMT-Master II, Jam Tangan yang Diberikan Prabowo kepada Pemain Timnas

Momen Kebahagiaan Para Pemain Timnas
Di sisi lain, para pemain Timnas Indonesia menerima hadiah istimewa dari Presiden Prabowo Subianto usai memastikan lolos ke babak playoff Piala Dunia.
Hadiah berupa jam tangan mewah bermerk Rolex ini diberikan dalam suasana kekeluargaan di kediaman pribadi Prabowo di Jalan Kertanegara IV, Jakarta, Jumat (6/6/2025).
Para pemain membawa pulang goodie bag berwarna hijau yang berisi jam tangan Rolex. Momen pembukaan hadiah itu terekam dan dibagikan di akun Instagram bek Timnas, Justin Hubner.
Para pemain tampak bersorak dan terkejut saat mengetahui isi goodie bag tersebut.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan pertemuan ini bukan agenda resmi kenegaraan, melainkan inisiatif pribadi Presiden untuk mengapresiasi perjuangan skuad Merah Putih.
“Karena ini bukan di Istana Merdeka, tapi di rumah pribadi. Jadi mereka merasa kekeluargaan. Bapak Presiden mentreat mereka sebagai keluarga. Karena kita tahu mereka juga banyak berkorban untuk Merah Putih kita. Dan Bapak Presiden apresiasi itu,” kata Erick kepada wartawan.
Erick juga membocorkan bahwa pemerintah memberikan dukungan anggaran untuk sepak bola Indonesia hampir mencapai Rp200 miliar per tahun, angka terbesar sepanjang sejarah era pemerintahan Prabowo.
Selain hadiah, Presiden Prabowo menitipkan pesan agar skuad Garuda tetap tampil maksimal di laga pamungkas fase grup melawan Jepang.
“Bapak Presiden menitipkan, walaupun kita sudah lolos ke playoff, kita tetap mesti bermain maksimal lawan Jepang. Jangan karena sudah lewat terus kita bersantai-santai. Itu bukan ciri khas bangsa kita,” ujar Erick menirukan pesan Presiden.
Soal harga jam tangan, dugaan netizen mengarah pada model Rolex GMT-Master II yang diperkirakan bernilai antara Rp190 juta hingga Rp250 juta per unit. Jam ini merupakan salah satu ikon profesional yang dikenal memiliki fungsi dua zona waktu sekaligus dan material berkualitas tinggi.
Pro dan Kontra Hadiah Mewah untuk Atlet
Hadiah mewah ini sekaligus menjadi simbol perhatian pemerintah pada prestasi sepak bola nasional, meski tetap menimbulkan polemik terkait ketidakmerataan perhatian dan fasilitas kepada atlet cabang olahraga lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar