Sepak bola Indonesia, Liga Indonesia,
Blunder Wasit Makan Korban Lagi, Challenge Bulu Tangkis Tak Cukup Lindungi Pemain, Padahal Marcus Gideon Sudah Wanti-Wanti Sejak 2018 - Semua Halaman - Bolasport

BOLASPORT.COM - Taipei Open 2025 diwarnai kontroversi dengan poin pelanggaran yang sebenarnya tidak terjadi. Mantan tunggal putra nomor satu, Kidambi Srikanth, geram setelah menjadi korban.
Kidambi Srikanth mengalami petaka tersebut ketika menghadapi pemain India lainnya, Ayush Shetty, pada babak kedua Taipei Open 2025 di Taipei Arena, Taiwan, Kamis (8/5/2025).
Saat skor 15-14 pada gim ketiga, Kidambi kehilangan poin setelah umpire atau wasit pertandingan menyatakan raketnya telah mengenai kok yang jatuh keluar.
Tadinya merayakan skor yang berhasil disamakan, Kidambi kebingungan. Mantan anak asuh Mulyo Handoyo tersebut akhirnya kalah dengan skor akhir 16-21, 21-15, 17-21.
Kidambi meluangkan kekesalannya melalui story di akun Instagramnya, srikanth_kidambi.
"BWF harus memikirkan ulang tentang bagaimana mereka menyeleksi wasit pertandingan," tulis Kidambi sambil menautkan akun BWF (Federasi Dunia Bulu Tangkis) dan BAI (Asosiasi Bulu Tangkis India).
"Seseorang yang sungguh tidak sekompeten seperti dia seharusnya tidak pernah ditempatkan di posisi di mana mereka menentukan hasilnya."
Baca Juga: BWF Akui Kesalahan Wasit Hong Kong yang Berimbas Kekalahan Rinov/Gloria di Sudirman Cup 2025
Kontroversi yang mengiringi kekalahan Kidambi menjadi episode lanjutan dari blunder yang dilakukan pengadil lapangan di jagat bulu tangkis.
Baru pekan lalu, tim bulu tangkis Indonesia dirugikan insiden serupa dalam pertandingan menghadapi Denmark di babak penyisihan grup Sudirman Cup 2025.
Seperti Kidambi, Rinov Rivaldy dinyatakan melakukan fault karena menyentuh kok dengan raket meski tidak sama sekali saat berusaha menjangkau pengembalian lawan yang keluar.
Sialnya, poin tersebut membuat Rinov dan pasangannya, Gloria Emanuelle Widjaja, kalah pada gim pertama. Rinov/Gloria akhirnya kalah melalui rubber game.
Kontroversi yang melibatkan kekeliruan wasit sudah menjadi perhatian sejak lama.
Sayangnya, tidak semua poin dapat dibanding oleh pemain karena instant video review/challenge hanya untuk meninjau bola masuk atau keluar.
Usulan untuk memperluas fungsi challenge sudah mengemuka sejak lama.
Di Tanah Air misalnya, mantan ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon, mengajukannya saat penyeragaman standar tinggi maksimal kok saat servis diterapkan pada 2018.
"Semua tergantung dari mata service judge-nya. Kalau misalnya mata dia silinder, mungkin bisa bermasalah," kata Marcus.
"Kalau BWF mau buat peraturan seperti ini, seharusnya mereka punya alat semacam hawk eye untuk mendeteksi servis seorang pemain atau ada sensornya. Kalau enggak begitu ya enggak fair dong."
Keresahan Marcus diulangi oleh tunggal putra Taiwan, Chou Tien Chen, ketika kehilangan poin berharga dalam laga final kontra Anthony Sinisuka Ginting pada Hylo Open 2022.
Chou kehilangan angka di championship point 22-23. Poin ke-23 Ginting terjadi karena wasit menilai kok lebih dahulu menyentuh lantai sebelum dikembalikan Chou.
Ginting pun pernah mengalami pil pahit yang sama. Pada final Hong Kong Open 2019, dia kalah setelah di reli terakhir wasit menganggap raketnya melewati net lawan dalam pengembalian.
Chou lantas mendesak agar BWF menambahkan video review sebagai perangkat pembantu lain dalam pertandingan.
"Saya ingin BWF mempertimbangkan perubahan regulasi agar peristiwa semacam ini tidak terjadi lagi," katanya kepada Badminton Europe.
Jika mengambil bola voli sebagai contoh, challenge bisa diambil untuk pelanggaran-pelanggaran dalam pertandingan dan bukan hanya bola masuk/keluar.
Sementara itu, dalam tanggapan terhadap protes dari tim bulu tangkis Indonesia terkait insiden di Sudirman Cup, BWF mengakui kesalahan dan menyerahkan kasusnya ke panel perwasitan.
"BWF juga mengatakan bahwa dalam kasus ini, kesalahan yang dilakukan oleh Wasit BWF merupakan keputusan yang diambil dengan itikad baik dengan niat yang jujur – meskipun rekaman gerak lambat menunjukkan bahwa itu adalah kesalahan penilaian."
"BWF terus menanggapi kinerja wasit dan semua ofisial teknis dengan serius. Selanjutnya BWF akan menyerahkan kasus ini ke panel perwasitan untuk menentukan langkah selanjutnya," ucap BWF melalui keterangan tertulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar