Kualifikasi Piala Dunia 2026 - Timnas Indonesia Faktanya Lebih Nyaman saat Ditekan, Patrick Kluivert Malah Pakai Strategi Sama Melawan Bahrain? - Semua Halaman - Bolasport - Arenanews

Informasi Arena Olahraga

demo-image

Post Top Ad

demo-image

Kualifikasi Piala Dunia 2026 - Timnas Indonesia Faktanya Lebih Nyaman saat Ditekan, Patrick Kluivert Malah Pakai Strategi Sama Melawan Bahrain? - Semua Halaman - Bolasport

Share This
Responsive Ads Here

 Sepak Bola Indonesia 

Kualifikasi Piala Dunia 2026 - Timnas Indonesia Faktanya Lebih Nyaman saat Ditekan, Patrick Kluivert Malah Pakai Strategi Sama Melawan Bahrain? - Semua Halaman - Bolasport

BOLASPORT.COM - Statistik selama Kualifikasi Piala Dunia 2026 membuktikan timnas Indonesia justru lebih berbahaya jika tampil sebagai tim yang lebih banyak ditekan lawan daripada saat mendominasi.

Contoh teranyar dari premis di atas tecermin dalam performa timnas Indonesia ketika digasak Australia di Sydney, Kamis (20/3/2025).

Pada matchday 7 Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Sang Garuda kalah telak 1-5.

Hal itu ironis karena terjadi di tengah dominasi Thom Haye dkk dalam berbagai aspek atas timnas Australia.

Data Sofascore menunjukkan Indonesia mendominasi penguasaan bola sampai 60 persen, berbanding 40 milik tuan rumah.

Anak asuh Patrick Kluivert juga lebih banyak menciptakan peluang dengan catatan 11 tembakan, sedangkan timnas Australia 9 kali.

Akan tetapi, semua dominasi ini terasa sia-sia. Pemenangnya bukan tim yang menguasai statistik, melainkan tim yang paling efisien dan akurat.

Sebanyak 7 dari 9 tembakan milik Australia tepat mengarah ke gawang, sedangkan Indonesia cuma 4 kali on target dari 11 percobaan.

Dengan tingkat efisiensi luar biasa, di atas 70 persen, Socceroos pun berhasil mengubah 7 upaya jitu tersebut menjadi 5 gol.

Timnas Indonesia? Gol debutan Ole Romeny menjadi satu-satunya muara dari sekian banyak aliran serangan yang dilakukan Tim Garuda.

Keberanian Kluivert menggeber pakem ofensif di kandang musuh sekuat Australia memang patut diacungi jempol.

Dalam praktiknya, formasi lima bek ala Shin Tae-yong dimodifikasi lebih ofensif menjadi 3-4-1-2 atau juga 4-3-3 pada mode menyerang.

Timnas Indonesia, yang biasanya dikenal sering bermain pragmatis-cenderung reaktif, berubah jadi tim yang dominan-inisiatif dengan memainkan garis pertahanan tinggi.

Sayang, nyali besar ini kelihatannya baru bisa bekerja saat melawan tim berperingkat rendah, tapi tidak untuk Australia.

Dengan kualitas serangan frontalnya, Jackson Irvine dkk berhasil mengeksploitasi lemahnya koordinasi lawan secara sempurna.

Baca Juga: Timnas Indonesia Dibobol 3 Kali di Babak Pertama, Baru Kejadian Lagi setelah Tragedi Pembantaian 10 Gol di Bahrain

Ini bukan kali pertama timnas Indonesia gigit jari karena dibikin menyerah walau tampil dominan atas musuh di Kualifikasi Piala Dunia 2026 ronde ketiga.

Oktober lalu, Sang Garuda kalah tragis 1-2 di kandang China walau menguasai bola sampai 76 persen dan melepas 14 tembakan, berbanding 5 ancaman saja dari lawan.

Sebaliknya Indonesia tampaknya lebih nyaman - dan terbukti bisa meraih hasil baik - ketika berposisi lebih banyak ditekan.

Contohnya dimulai dari matchday pertama fase ini ketika menahan Arab Saudi 1-1 di Jeddah walau inferior dalam penguasaan bola (34%-66%) dan jumlah peluang (8-18 tembakan).

Selanjutnya satu poin diamankan Jay Idzes dkk ketika menahan Australia 0-0 di Jakarta meskipun kalah penguasaan bola (37%-63%) dan total peluang (5-19 tembakan).

Indonesia bahkan nyaris menang pada matchday 3 di Bahrain ketika ditahan 2-2 secara kontroversial di tengah gempuran tuan rumah karena kalah possession (44%-56%) serta jumlah ancaman (5-24 tembakan).

Rizky Ridho (kiri) dan Ragnar Oratmangoen (kanan) menyambut selebrasi Marselino Ferdinan (tengah) yang mampu mencetak gol dalam laga babak penyisihan grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia antara timnas Indonesia versus timnas Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,Rizky Ridho (kiri) dan Ragnar Oratmangoen (kanan) menyambut selebrasi Marselino Ferdinan (tengah) yang mampu mencetak gol dalam laga babak penyisihan grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia antara timnas Indonesia versus timnas Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, (MUHAMMAD ALIF AZIZ MARDIANSYAH/BOLASPORT.COM)

Kemenangan bersejarah 2-1 atas Arab Saudi di Jakarta paling mengesankan karena diraih walau Tim Merah-Putih cuma kebagian 23 persen penguasaan bola dan membuat 13 tembakan (Saudi 23).

Satu pengecualian adalah duel versus 'raja terakhir', timnas Jepang, di mana Indonesia kalah mutlak 0-4 disertai catatan minor dalam penguasaan bola (34%-66%) maupun peluang (8-12).

Melihat sederet fakta di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa kekuatan yang membawa Tim Garuda bertahan sejauh ini adalah perlindungan solid dari tekanan musuh untuk kemudian memukul balik dengan serangan-serangan yang tajam.

Kedatangan pelari cepat semodel Dean James seharusnya bisa jadi injeksi kekuatan guna memaksimalkan skenario fastbreak dari tepi lapangan.

Tambah lagi kedatangan Ole Romeny, yang menghadirkan angin segar buat menambah mutu penyelesai akhir di depan.

Namun, modal utama yang mesti digodok pertama kali adalah kekompakan untuk mempertahankan setiap jengkal wilayah daripada bernafsu menyerang tanpa perlindungan solid.

Entah harus cemas atau tidak, Kluivert justru memunculkan sinyal kalau gaya bermain seperti saat melawan Australia bakal diterapkan lagi untuk menjamu Bahrain, Selasa (25/3/2025).

Menurut dia, hanya butuh waktu agar taktiknya bisa diserap para pemain.

"Kami harus terus bekerja untuk meraih hasil baik meskipun masih ada penyesuaian yang diperlukan untuk membiasakan diri dengan gaya yang kami inginkan," kata Kluivert di laman AFC.

"Secara keseluruhan, saya senang dengan mentalitas dan etos kerja para pemain."

"Kami kebobolan karena kesalahan individu dan itu adalah sesuatu yang perlu kami perbaiki," ujar striker legendaris timnas Belanda.

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Post Bottom Ad

Pages