Presiden AFC Ternyata Keluarga Kerajaan Bahrain, Namanya Shaikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa - Pikiran Rakyat
Presiden AFC Ternyata Keluarga Kerajaan Bahrain, Namanya Shaikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa
PIKIRAN RAKYAT - Kongres tahunan ke-33 Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) yang digelar di Manama, Bahrain, tahun lalu (Februari 2023), menghadirkan sejumlah keputusan penting.
Salah satunya adalah penetapan H.E. Shaikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa sebagai Presiden AFC untuk periode 2023-2027.
Yang menarik dari sosok Shaikh Salman adalah latar belakangnya sebagai anggota keluarga kerajaan Bahrain.
Lahir pada 2 November 1965, Shaikh Salman memiliki peran besar dalam dunia sepak bola di Asia, dan kini memimpin AFC untuk keempat kalinya sejak pertama kali terpilih pada 2013.
Baca Juga: 2 Keputusan Wasit yang Dianggap Rugikan Timnas Indonesia di Menit Akhir, Untungkan Bahrain?
Karier dan Latar Belakang
Meski tidak memiliki karier sebagai pemain sepak bola profesional, Shaikh Salman mampu menunjukkan kepemimpinan di dunia sepak bola melalui jalur administratif.
Ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Bahrain pada tahun 1992 dengan gelar sarjana Sastra Inggris dan Sejarah.
Kariernya di dunia sepak bola dimulai saat menjadi Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Bahrain pada 1998, dan kemudian diangkat sebagai presiden pada tahun 2002.
Kesuksesan Shaikh Salman terus berlanjut hingga ia meraih posisi Presiden AFC pada 2013, yang mengukuhkan posisinya sebagai tokoh sentral dalam sepak bola Asia.
Di bawah kepemimpinannya, AFC terus mengembangkan sepak bola di seluruh Asia, termasuk pencapaian luar biasa dari beberapa negara anggota yang tampil di Piala Dunia Qatar 2022, di mana tim-tim Asia berhasil mencatat sejarah dengan lolos ke babak 16 besar.
Kontroversi dan Kepemimpinan Internasional
Meskipun prestasinya banyak, Shaikh Salman juga tidak luput dari kontroversi. Salah satu keputusan besar yang diambilnya adalah perubahan dalam konstitusi AFC yang menyebabkan Pangeran Ali bin Al Hussein dari Yordania kehilangan kursinya di Komite Eksekutif FIFA.
Keputusan ini memicu ketegangan politik antara kedua tokoh, terlebih ketika Pangeran Ali juga mencalonkan diri sebagai Presiden FIFA.
Kelompok-kelompok kampanye termasuk Human Rights Watch, Americans for Democracy and Human Rights in Bahrain, serta Bahrain Institute for Rights and Democracy menuduhnya memimpin komite yang mengidentifikasi para atlet, termasuk pesepak bola internasional Bahrain, yang terlibat dalam demonstrasi pro-demokrasi selama "Arab Spring" pada tahun 2011, banyak dari mereka kemudian dipenjara.
Namun demikian, Shaikh Salman tetap menjadi figur kuat dalam kancah sepak bola internasional. Sebagai anggota keluarga kerajaan Bahrain, ia membawa pengaruh besar dalam upaya memperkuat posisi Asia di panggung sepak bola dunia.
Keberhasilannya mempertahankan jabatan sebagai Presiden AFC juga menunjukkan kepercayaan komunitas sepak bola Asia terhadap kepemimpinannya.***
Komentar