Delusional Ala Erik ten Hag: Banggakan Dua Trofi, tapi MU Main Gak Jelas - Bola
Bola.net - Erik ten Hag mungkin layak dicap sebagai manajer terburuk sepanjang sejarah Manchester United meski telah meraih beberapa trofi. Di bawah kepemimpinannya, Setan Merah kerap kali mengalami kekalahan memalukan yang sulit diterima.
Setelah berhasil meraih Piala FA musim lalu dan Carabao Cup di musim pertamanya, Ten Hag tampaknya mengalami kenaikan rasa percaya diri yang berlebihan. Dia bahkan berkata demikian:
“Sebelum saya datang, klub ini tidak meraih trofi selama enam tahun. Dalam dua tahun, setelah Guardiola, kami adalah tim yang paling banyak meraih trofi di sepak bola Inggris. Kami berada di posisi kuat dan bisa mengalahkan siapa pun.”
Namun, kenyataannya, Ten Hag masih jauh dari level Guardiola sang jenius karismatik Manchester City. MU asuhannya telah menelan 22 kekalahan di semua kompetisi sejak awal musim lalu.
1 dari 3 halaman
MU Tidak Punyas Identitas
Di bawah asuhan Ten Hag, United kerap tampil tanpa identitas yang jelas. Meskipun ia menginginkan timnya mendominasi pertandingan, kenyataannya mereka sulit mempertahankan penguasaan bola.
Dia juga meminta para penyerangnya untuk menekan lawan sejak awal, namun kinerja mereka tampak setengah hati, sehingga pertahanan MU mudah ditembus.
Selain itu, sering kali terdapat celah besar di lini tengah ketika MU bertahan terlalu dalam. Intinya taktik Ten Hag tidak pernah benar-benar jelas dan tidak pernah tepat. Entah bagaimana MU di eranya bisa meraih dua trofi.
Pertandingan Selanjutnya
2 dari 3 halaman
Kebuntuan Ten Hag
Ten Hag pun tampak kurang mampu mengubah arah permainan saat tim mulai kesulitan. Keputusan pergantian pemainnya kerap membingungkan, bahkan menempatkan beberapa pemain di posisi yang tidak alami bagi mereka.
MU sebenarnya punya ancaman serangan balik yang kuat dengan kecepatan pemain seperti Marcus Rashford, Alejandro Garnacho, dan Rasmus Hojlund. Sayangnya, taktik mereka sanga rentan, hanya efektif dalammembangun skema serangan balik, tapi rentan saat menghadapi serangan balik dari lawan.
Situasi ini menjadi kian absurd dan seharusnya tidak dibiarkan berlangsung hingga hampir dua setengah musim. Pihak klub terlambat mengambil keputusan.
3 dari 3 halaman
Komentar