Kenapa Korea Selatan Jago di Panahan Olimpiade?
--
Korea Selatan sukses menjaga hegemoni di cabang olahraga panahan usai tim panahan putri merebut emas Olimpiade dalam 10 edisi beruntun.
Tim Korea yang diperkuat trio Jeon Hun-yong, Lim Si-hyeon, dan Nam Su-hyeon mengamankan medali emas Olimpiade 2024 usai menang dramatis atas China 5-4 di partai final. Prestasi ini membuat medali emas tidak pernah berpindah dari Korea sejak Olimpiade Seoul 1988.
Tim panahan putri tak pernah tahu apa rasanya meraih medali perunggu atau perak. Mereka hanya punya tahu satu target yakni meraih medali emas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka adalah penguasa di cabor ini selama 40 tahun terakhir. Sejak debut di Olimpiade Los Angeles 1984, Korea merebut 27 dari kemungkinan 45 medali emas.
Lantas apa yang membuat Korea begitu hebat di cabor panahan? Jawabannya adalah keseriusan Korea Selatan dalam pembinaan yang sudah dilakukan sejak kanak-kanak.
Salah satu contoh adalah atlet panahan Kim Je Deok yang kini berusia 20 tahun dan ambil bagian di Olimpiade Paris 2024. Dilansir dari World Archery, ia berhasil merebut dua medali emas di Olimpiade Tokyo 2021 saat berusia 17 tahun.
Kim merebut medali emas kurang dari delapan tahun setelah tekun berlatih sepulang sekolah. Dari pengakuannya, Kim mulai berlatih memanah sejak duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar.
"Saya mulai memanah sejak kelas tiga sekolah dasarnya," ucapnya.
"Setelah mengikuti sekolah reguler pada pagi hari, kelas memanah dimulai pada sore hari. Jika ada kompetisi, saya juga berlatih pada akhir pekan."
Faktanya Korea memang serius mencetak pemanah-pemanah andal sejak usia dini. Setidaknya ada 900 pemanah yang berlatih di klub sekolah dasar, di sekitar 100 klub mengacu tulisan yang dimuat tahun 2023.
Model pembinaan di sekolah-sekolah ini sebenarnya banyak digunakan cabor olahraga lain. Sebut saja tim sepak bola, basket, hingga baseball.
Bedanya klub panahan untuk anak-anak kecil ini terus eksis di saat klub cabor lainnya justru tidak bisa bertahan. Bahkan, atlet seperti Kim saat masih Sekolah Dasar seharinya bisa menembakkan 300 sampai 500 anak panah.
Berdasarkan data Asosiasi Panahan Korea, mayoritas pemanah elite berusia 9 atau 10 tahun memang rutin berlatih sepulang rutinitas sekolah. Mereka berlatih selama tiga jam per hari dari Senin hingga Jumat.
Pendekatan ini berbeda dengan katakanlah pembinaan yang dilakukan di Eropa. Di sana, calon atlet diperbolehkan untuk mencoba berbagai macam cabor olahraga lain sampai menemukan olahraga yang dianggap paling cocok.
Cara Korea melakukan pembinaan ini terbukti membuat dominasi di cabor panahan terjaga dan terawat sampai dengan saat ini.
(jal/rhr)
Komentar