Prabowo Serukan Gencatan Senjata Permanen di Gaza
Prabowo kembali menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk terus berupaya menyediakan dan mengirimkan bantuan kemanusiaan, baik yang dibutuhkan di Gaza atau yang diminta oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
diperbarui 01 Jun 2024, 20:15 WIBLiputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto menyoroti konflik yang hingga saat ini masih terjadi di Gaza. Ia menyerukan gencatan senjata segera.
Hal itu disampaikan Prabowo saat menjadi pembicara di acara IISS Shangri-La Dialogue ke-21 yang digelar di Singapura, Sabtu (1/6/2024).
Dalam pidatonya, Prabowo turut menyorot usulan gencatan senjata yang baru-baru ini disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.
“Meskipun kita harus mempelajari lebih lanjut perihal detail proposal (gencatan senjata) tersebut, kami melihat usulan tersebut sebagai langkah yang tepat dan penting untuk menuju ke arah yang benar,” kata Prabowo, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (1/6/2024).
“Kami juga sangat senang bahwa perwakilan Hamas turut menyuarakan respons positif terharap proposal (gencatan senjata) tersebut,” sambung dia.
Selain gencatan senjata, Prabowo menyebut bahwa banyak pihak yang mendorong agar terjadi solusi dua negara (two-state solution) sebagai langkah nyata untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di Israel serta Palestina.
“Saya juga ingin menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus mendukung gencatan senjata yang komprehensif serta permanen, sebagai langkah penting untuk menuju perdamaian di antara Israel dan Palestina,” jelas Prabowo.
“Telah menjadi sebuah keyakinan bagi kami beserta banyak negara lainnya di dunia saat ini bahwa satu-satunya solusi nyata untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di Israel serta Palestina adalah solusi dua negara,” tegas dia.
Selain itu, Prabowo kembali menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk terus berupaya menyediakan dan mengirimkan bantuan kemanusiaan, baik yang dibutuhkan di Gaza atau yang diminta oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kami siap melakukan apapun yang kami bisa untuk memberi bantukan kemanusiaan serta kami siap apabila diminta PBB, untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian yang penting untuk mempertahankan dan memantau gencatan senjata, serta menyediakan keamanan bagi semua pihak,” kata Prabowo.
“Kamk juga siap untuk mengirim tenaga medis untuk mengoperasikan RS lapangan di Gaza tentu dengan persetujuan semua pihak,” pungkasnya.
Prabowo di Shangri-La Dialogue: Indonesia Siap Kirim Pasukan ke Jalur Gaza
Presiden terpilih Republik Indonesia (RI) yang juga Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengatakan pada Sabtu (1/6/2024), Indonesia bersedia mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk menegakkan gencatan senjata di Jalur Gaza jika diperlukan. Hal tersebut disampaikannya saat berpidato pada Shangri-La Dialogue di Singapura, konferensi keamanan Utama Asia.
Prabowo juga menuturkan bahwa proposal gencatan senjata atas perang di Jalur Gaza yang ditawarkan Amerika Serikat adalah langkah ke arah yang benar.
"Jika diperlukan dan diminta oleh PBB, kami siap menyumbangkan pasukan penjaga perdamaian yang signifikan untuk menjaga dan memantau prospek gencatan senjata ini serta memberikan perlindungan dan keamanan kepada semua pihak," kata Prabowo yang akan dilantik sebagai presiden RI menggantikan Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober, seperti dilansir CNA.
Prabowo menambahkan, Presiden Jokowi telah menginstruksikannya untuk mengumumkan bahwa Indonesia siap mengevakuasi, menerima, dan merawat medis hingga 1.000 pasien dari Jalur Gaza.
Penyelidikan komprehensif terhadap bencana kemanusiaan di wilayah Rafah, tegas Prabowo diperlukan, demikian pula solusi yang adil terhadap konflik Israel-Palestina. Bencana kemanusiaan di Rafah yang disinggung Prabowo menyangkut dengan serangan Israel ke kamp pengungsi Palestina di Tel al-Sultan pada 26 Mei, yang menewaskan sedikitnya 45 orang.
"Dan itu berarti bukan hanya hak Israel untuk hidup, tapi juga hak rakyat Palestina untuk memiliki tanah air sendiri, negara sendiri, hidup damai," ujarnya.
Proposal Gencatan Senjata Terbaru
Proposal gencatan senjata AS disodorkan Presiden Joe Biden pada Jumat (31/5).
"Sudah waktunya perang ini diakhiri dan hari baru dimulai," tutur Biden, yang berada di bawah tekanan pada tahun pemilu untuk menghentikan perang di Jalur Gaza, seperti dikutip dari Reuters.
Proposal yang diajukan Biden terdiri dari tiga fase. Pada tahap pertama, gencatan senjata berlangsung selama enam pekan, di mana pasukan Israel menarik diri dari kawasan berpenduduk dan sandera hidup akan ditukar dengan ratusan tahanan Palestina.
Selain itu, warga sipil dapat Kembali ke rumah-rumah mereka dan 600 truk bantuan dapat memasukin Jalur Gaza setiap harinya.
Tahap kedua, Hamas dan Israel akan merundingkan syarat-syarat penghentian permusuhan secara permanen.
"Gencatan senjata akan tetap berlanjut selama negosiasi," ujar Biden.
Kemudian tahap ketiga akan mencakup rencana rekonstruksi besar-besaran di Jalur Gaza. Biden mengonfirmasi bahwa proposalnya telah disampaikan ke Hamas oleh Qatar.
Biden meminta pihak-pihak di Israel yang mendorong terjadinya perang tanpa batas untuk mengubah pikiran mereka.
"Saya tahu ada orang-orang di Israel yang tidak setuju dengan rencana ini dan akan menyerukan agar perang terus berlanjut ... Mereka memperjelas bahwa mereka ingin menduduki Gaza. Mereka ingin berperang bertahun-tahun dan sandera bukanlah prioritas mereka. Saya mendesak para pemimpin Israel untuk mendukung proposal ini, terlepas apapun tekanan yang muncul," tutur Biden.
"Sebagai seseorang yang memiliki komitmen seumur hidup terhadap Israel, sebagai satu-satunya presiden AS yang pernah pergi ke Israel pada saat perang, sebagai seseorang yang baru saja mengirimkan pasukan AS untuk membela Israel secara langsung ketika negara itu diserang oleh Iran, saya meminta Anda untuk mundur selangkah, pikirkan apa jadinya jika momen ini hilang. Kita tidak boleh kehilangan momen ini."
Negosiasi antara Israel dan gerakan militan Hamas terkait gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan sejumlah negara lain atas perang di Jalur Gaza telah berulang kali terhenti. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kurangnya kemajuan.
Baca Juga
Komentar