Kisah Persikabo 1973 yang Degradasi dari BRI Liga 1: Awal Persiram, PS TNI, PS Tira, Tira Persikabo, dan Merger dengan Klub Liga 3 pada 2019 - Indonesia Bola
Kisah Persikabo 1973 yang Degradasi dari BRI Liga 1: Awal Persiram, PS TNI, PS Tira, Tira Persikabo, dan Merger dengan Klub Liga 3 pada 2019 - Indonesia Bola
Liga 1 - Ilustrasi Logo Tira Persikabo BRI Liga 1 (Bola.com/Adreanus Titus)
Bola.com, Bogor - Nama Persikabo 1973 sudah tidak ada lagi di Liga 1 musim depan. Sebab, tim berjulukan Laskar Padjajaran itu harus menerima kenyataan pahit terdegradasi ke Liga 1.
Kekalahan dari Persik Kediri 2-5 dalam pekan ke-30 BRI Liga 1 membuat Persikabo 1973 secara matematis tidak bisa lagi terselamatkan meski masih menyisakan empat pertandingan.
Dalam klasemen sementara BRI Liga 1, Persikabo 1973 berada di posisi buncit dengan 17 poin dari 30 partai, terpaut 14 angka dari PSS Sleman yang menghuni batas aman zona merah.
Persikabo 1973 adalah nama baru yang dipakai sejak 2020 hasil dari merger PS Tira dengan klub Liga 3, Persikabo Kabupaten Bogor.
Demi Menyedot Animo Penonton
"Lebih banyak kepentingan bisnis. Kami tahu animo masyarakat Kabupaten Bogor belum sepenuhnya datang ke stadion. Mudah-mudahan dengan nama Persikabo bisa menambah animo penonton," ujar Direktur Pengembangan Bisnis Tira Persikabo, Rhendie Arindra, Rhendie Arindra, kepada Bola.com medio awal 2020.
PS Tira awalnya beridentitas Persiram Raja Ampat, yang diakuisisi menjadi PS TNI pada 2015 dan mengubah wajah klub menjadi PS Tira pada 2018 lalu menjelma sebagai Tira Persikabo pada 2019.
Lantaran berkandang di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, sejak pertama kali lahir, klub yang dulunya milik TNI itu bersatu dengan Persikabo Kabupaten Bogor untuk menjadi Persikabo 1973.
Persikabo Kabupaten Bogor
Persikabo Kabupaten Bogor pernah berkancah di kasta tertinggi Liga Indonesia, yang terakhir kali berpartisipasi pada musim 2007-2008 sebelum degradasi dan lebih sering berkutat di divisi bawah.
Sejak berkiprah di Liga 1, Persikabo 1973 memang selalu kesulitan. Tercatat, Laskar Padjajaran hanya sekali menembus sepuluh besar dalam lima musim, pada 2021/2022 ketika bertengger di posisi kesepeluh.
Pada Liga 1 2017 dan 2018, Persikabo 1973 bahkan nyaris terdegradasi. Waktu itu, Laskar Padjajaran masih selamat karena menempati urutan ke-15, satu tangga di atas zona merah.
Tidak Meyakinkan sejak Awal
Di musim ini, Persikabo 1973 memang sudah tidak meyakinkan sejak awal. Laskar Padjajaran gemar gonta-ganti pelatih mulai dari Aidil Sharin, Salvador Rodriguez, Oleg Kuzmianok, Aji Santoso, dan Djadjang Nurdjaman.
Djadjang bahkan pernah menangani Persikabo 1973 pada BRI Liga 1 musim lalu sebelum digantikan Aidil Sharin pada Januaro 2023.
Mulai putaran kedua BRI Liga 1, Persikabo 1973 harus terusir dari Stadion Pakansari lantaran direnovasi. Akibatnya, Laskar Padjajaran mesti mengungsi ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar.
Aktivitas Transfer Kurang Menggigit
Pemilihan pemain asing Persikabo 1973 juga patut dipertanyakan. Laskar Padjajaran banyak merekrut legiun impor dengan kualitas yang tidak jauh berbeda ketimbang pemain lokal.
Bongkar pasang pemain asing terjadi di bursa transfer paruh musim BRI Liga 1. Persikabo 1973 menendang empat legiun impornya yang tidak mengorbit di putaran pertama.
Pemain lokal yang ada pun ala kadarnya. Laskar Padjajaran hanya diperkuat pesepak bola kelas dua atau tiga di BRI Liga 1, selain mengandalkan pemain berstatus TNI seperti Manahati Lestusen, Andy Setyo, Dimas Drajad, sampai Syahrul Trisna.
Komentar