PP PTMSI Dibekukan Sementara, Oegroseno: Ada Rekayasa Terselubung Dilakukan KOI
Jakarta – Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), Komjen Pol (Purn) Oegroseno secara tegas mengatakan, bahwa pembekuan sementara cabor tenis meja oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) penuh rekayasa.
Sebab, selain dipaksakan juga alasan yang dikemukakan oleh KOI tidak jelas.
'"KOI menyebutkan bahwa saya sebagai Ketua Umum PP PTMSI telah mengeluarkan pernyataan yang sangat tendensius dan berbau fitnah kepada KOI sehingga dinilai telah melanggar etika serta spirit olympism," ujar Oegroseno dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu 24 September 2023.
Mantan Wakapolri itu mempertanyakan apakah kritikan pedasnya sesuai fakta di media selama ini sudah masuk kategori merusak nilai-nilai olympism apalagi fitnah?
Menurut Oegroseno, pembekuan sementara itu tidak cukup hanya melalui forum biasa dan harus diiringi dengan surat peringatan satu hingga ketiga kalinya.
Vice Presiden SEATTA (Federasi Tenis Meja Asia Tenggara) itu mengakui, pihaknya hanya menerima satu kali surat undangan Rapat Khusus tanpa dilampiri agenda rapat dan pimpinan rapat juga tidak ditulis.
"Setelah saya jawab surat undangan rapat khusus dari KOI bahwa saya tidak bisa hadir karena agenda rapat tidak jelas, tiba-tiba Cabang Olahraga Tenis meja langsung dibekukan keanggotaannya sebagai anggota KOI," tambahnya.
Cabang Olahraga dapat diberhentikan sementara selama 1 tahun sebagai anggota KOI apabila ditemukan pelanggaran nilai-nilai olympism sepert pengaturan skor pemukulan wasit dan sebagainya yang telah diputuskan oleh Internasional Federasinya.
Tidak ada satu pasal pun di indonesia maupun Internasional bahwa kritik merupakan pelanggaran nilai-nilai olimpism. 'Ini kan pasti ada rekayasa terselubung dilakukan oleh Ketua KOI Raja Sapta Oktohari (RSO) dan Sekjennya, serta RSO harus menjaga marwah KOI sebagai organisasi terhormat. Jangan sebaliknya memimpin KOI dengan gaya premanisme," tutur mantan Kabarhankam Polri itu.
Bahkan Oegro menyebutkan, ada seorang anggota KOI yang perangainya sudah seperti preman karena merasa dirinya dekat dengan dengan Kapolri sebagai pengurus ISSI dengan membentak-bentak melalui telpon.
Di sisi lain, Oegro menjelaskan bahwa sempat menjalin komunikasi dengan RSO. Dalam pertemuan yang tidak sengaja itu, RSO berjanji akan membahas kembali masalah pembekuan tenis meja usai Asian Games ke-19 Hangzhou China yang kini sedang berlangsung.
Yang jelas, lanjut Oegroseno, dirinya tidak akan pernah berhenti sedetik pun menuntut keadilan Hukum dan keadilan Sosial serta menegakkan kebenaran.
"Karena seperti pernah saya katakan Oegroseno boleh dibunuh tapi tidak untuk atlet-atlet tenis meja Indonesia. Di penghujung usia saya ingin melihat atlet tenis meja Indonesia bisa membela negara bertanding di event internasional," Tegas Oegro.
Jakarta – Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), Komjen Pol (Purn) Oegroseno secara tegas mengatakan, bahwa pembekuan sementara cabor tenis meja oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) penuh rekayasa.
Sebab, selain dipaksakan juga alasan yang dikemukakan oleh KOI tidak jelas.
'"KOI menyebutkan bahwa saya sebagai Ketua Umum PP PTMSI telah mengeluarkan pernyataan yang sangat tendensius dan berbau fitnah kepada KOI sehingga dinilai telah melanggar etika serta spirit olympism," ujar Oegroseno dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu 24 September 2023.
Mantan Wakapolri itu mempertanyakan apakah kritikan pedasnya sesuai fakta di media selama ini sudah masuk kategori merusak nilai-nilai olympism apalagi fitnah?
Menurut Oegroseno, pembekuan sementara itu tidak cukup hanya melalui forum biasa dan harus diiringi dengan surat peringatan satu hingga ketiga kalinya.
Vice Presiden SEATTA (Federasi Tenis Meja Asia Tenggara) itu mengakui, pihaknya hanya menerima satu kali surat undangan Rapat Khusus tanpa dilampiri agenda rapat dan pimpinan rapat juga tidak ditulis.
"Setelah saya jawab surat undangan rapat khusus dari KOI bahwa saya tidak bisa hadir karena agenda rapat tidak jelas, tiba-tiba Cabang Olahraga Tenis meja langsung dibekukan keanggotaannya sebagai anggota KOI," tambahnya.
Cabang Olahraga dapat diberhentikan sementara selama 1 tahun sebagai anggota KOI apabila ditemukan pelanggaran nilai-nilai olympism sepert pengaturan skor pemukulan wasit dan sebagainya yang telah diputuskan oleh Internasional Federasinya.
Tidak ada satu pasal pun di indonesia maupun Internasional bahwa kritik merupakan pelanggaran nilai-nilai olimpism. 'Ini kan pasti ada rekayasa terselubung dilakukan oleh Ketua KOI Raja Sapta Oktohari (RSO) dan Sekjennya, serta RSO harus menjaga marwah KOI sebagai organisasi terhormat. Jangan sebaliknya memimpin KOI dengan gaya premanisme," tutur mantan Kabarhankam Polri itu.
Bahkan Oegro menyebutkan, ada seorang anggota KOI yang perangainya sudah seperti preman karena merasa dirinya dekat dengan dengan Kapolri sebagai pengurus ISSI dengan membentak-bentak melalui telpon.
Di sisi lain, Oegro menjelaskan bahwa sempat menjalin komunikasi dengan RSO. Dalam pertemuan yang tidak sengaja itu, RSO berjanji akan membahas kembali masalah pembekuan tenis meja usai Asian Games ke-19 Hangzhou China yang kini sedang berlangsung.
Yang jelas, lanjut Oegroseno, dirinya tidak akan pernah berhenti sedetik pun menuntut keadilan Hukum dan keadilan Sosial serta menegakkan kebenaran.
"Karena seperti pernah saya katakan Oegroseno boleh dibunuh tapi tidak untuk atlet-atlet tenis meja Indonesia. Di penghujung usia saya ingin melihat atlet tenis meja Indonesia bisa membela negara bertanding di event internasional," Tegas Oegro.
Jakarta – Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), Komjen Pol (Purn) Oegroseno secara tegas mengatakan, bahwa pembekuan sementara cabor tenis meja oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) penuh rekayasa.
Sebab, selain dipaksakan juga alasan yang dikemukakan oleh KOI tidak jelas.
'"KOI menyebutkan bahwa saya sebagai Ketua Umum PP PTMSI telah mengeluarkan pernyataan yang sangat tendensius dan berbau fitnah kepada KOI sehingga dinilai telah melanggar etika serta spirit olympism," ujar Oegroseno dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu 24 September 2023.
Mantan Wakapolri itu mempertanyakan apakah kritikan pedasnya sesuai fakta di media selama ini sudah masuk kategori merusak nilai-nilai olympism apalagi fitnah?
Menurut Oegroseno, pembekuan sementara itu tidak cukup hanya melalui forum biasa dan harus diiringi dengan surat peringatan satu hingga ketiga kalinya.
Vice Presiden SEATTA (Federasi Tenis Meja Asia Tenggara) itu mengakui, pihaknya hanya menerima satu kali surat undangan Rapat Khusus tanpa dilampiri agenda rapat dan pimpinan rapat juga tidak ditulis.
"Setelah saya jawab surat undangan rapat khusus dari KOI bahwa saya tidak bisa hadir karena agenda rapat tidak jelas, tiba-tiba Cabang Olahraga Tenis meja langsung dibekukan keanggotaannya sebagai anggota KOI," tambahnya.
Cabang Olahraga dapat diberhentikan sementara selama 1 tahun sebagai anggota KOI apabila ditemukan pelanggaran nilai-nilai olympism sepert pengaturan skor pemukulan wasit dan sebagainya yang telah diputuskan oleh Internasional Federasinya.
Tidak ada satu pasal pun di indonesia maupun Internasional bahwa kritik merupakan pelanggaran nilai-nilai olimpism. 'Ini kan pasti ada rekayasa terselubung dilakukan oleh Ketua KOI Raja Sapta Oktohari (RSO) dan Sekjennya, serta RSO harus menjaga marwah KOI sebagai organisasi terhormat. Jangan sebaliknya memimpin KOI dengan gaya premanisme," tutur mantan Kabarhankam Polri itu.
Bahkan Oegro menyebutkan, ada seorang anggota KOI yang perangainya sudah seperti preman karena merasa dirinya dekat dengan dengan Kapolri sebagai pengurus ISSI dengan membentak-bentak melalui telpon.
Di sisi lain, Oegro menjelaskan bahwa sempat menjalin komunikasi dengan RSO. Dalam pertemuan yang tidak sengaja itu, RSO berjanji akan membahas kembali masalah pembekuan tenis meja usai Asian Games ke-19 Hangzhou China yang kini sedang berlangsung.
Yang jelas, lanjut Oegroseno, dirinya tidak akan pernah berhenti sedetik pun menuntut keadilan Hukum dan keadilan Sosial serta menegakkan kebenaran.
"Karena seperti pernah saya katakan Oegroseno boleh dibunuh tapi tidak untuk atlet-atlet tenis meja Indonesia. Di penghujung usia saya ingin melihat atlet tenis meja Indonesia bisa membela negara bertanding di event internasional," Tegas Oegro.
Komentar