Greysia Polii Ungkap Fakta Kasus Match Fixing Olimpiade 2012 yang Buat Dia Tidak Ajukan Banding - Semua Halaman - Bolasport
Greysia Polii Ungkap Fakta Kasus Match Fixing Olimpiade 2012 yang Buat Dia Tidak Ajukan Banding - Semua Halaman - Bolasport.com
BOLASPORT.COM - Olimpiade London 2012 menjadi titik terendah dalam karier mantan pebulu tangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii, meski dia sudah mengobatinya dengan raihan medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020.
Skandal pengaturan hasil pertandingan atau match fixing pada Olimpiade London 2012 tersebut bermula ketika Wang Xiaoli/Yu Yang (China) yang merupakan unggulan pertama sengaja mengalah dari Jung Kyung-eun/Kim Ha-na (Korea Selatan) pada partai terakhir grup A.
Langkah tersebut dilakukan mereka demi tak bertemu rekan senegaranya di fase gugur dan bisa mewujudkan All Chinese Final.
Pada pertandingan itu Wang/Yu sama sekali tak melakukan serangan, bahkan sengaja melakukan pukulan yang salah hingga membuat shuttlecock melebar atau menyangkut di net.
Menyadari lawannya tak mau menang, hal serupa pun dilakukan Jung/Kim. Kedua pasang pemain ini lalu bertanding diiringi cemooh penonton yang mengharapkan pertandingan berjalan serius dan menarik.
Jung/Kim lalu keluar sebagai pemenang dalam skor 21-14 dan 21-11, sehingga mereka menjadi pemuncak Grup A. Rencana Wang Xiaoli/Yu Yang di peringkat kedua untuk kalah berhasil.
Tak berhenti sampai di situ, pengaturan hasil pertandingan di Grup A rupanya juga membuat ganda putri lainnya di Grup B ikut bermain sengaja kalah demi bisa mendapatkan lawan yang lebih mudah pada babak selanjutnya.
Pertandingan ganda putri Greysia Polii/Meiliana Jauhari melawan Ha Jung-eun/Kim Min-ung (Korea Selatan) diwarnai insiden kartu hitam oleh wasit kehormatan.
Kedua pasangan dianggap bermain tidak serius dan kalah agar terhindar dari pasangan nomor satu dunia asal China, Wang Xiaoli/Yu Yang pada perempat final.
Pertandingan ini sempat diberhentikan sebanyak empat kali oleh wasit. Penonton yang memadati Wembley Arena tak kalah geram melihat pertandingan ini.
Geregetan melihat aksi kedua pasangan ganda putri ini, wasit kehormatan, Torsten Berg turun ke lapangan dan langsung mengeluarkan kartu hitam bagi kedua pasangan yang artinya mereka didiskualifikasi dan tidak dapat bertanding lagi pada Olimpiade London 2012.
Pihak Indonesia dan Korea Selatan yang ditemani para pelatihnya bernegosiasi dengan wasit kehormatan dan referee untuk membatalkan ganjaran kartu hitam tersebut.
Wasit akhirnya mengabulkan protes keberatan kartu hitam yang disampaikan kedua kubu dengan catatan pasangan ganda putri Indonesia dan Korea Selatan melanjutkan permainan dengan serius.
Selepas diancam wasit, kedua pasangan akhirnya bermain lebih serius di lapangan. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Ha Jung-eun/Kim Min-jung atas Greysia Polii/Meiliana Jauhari dengan skor, 18-21, 21-12, 21-14.
Kondisi tersebut membuat Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) tak tinggal diam. Yu Yang bersama tujuh pebulutangkis tersebut dinilai mencederai nilai luhur sportifitas dan mencoreng nama baik olahraga bulutangkis yang akhirnya didiskualifikasi dari Olimpiade 2012.
"Saat babak delapan besar bisa memilih. Kami mau lawan yang mana. Waktu itu, saya akan bertemu antara Wang Xiaoli/Yu Yang, Kim Ha-na. Begitu juga Han Jung-eun/Kim Min-jung berpikiran juga yang sama," kata Greysia kepada media di Jakarta, Rabu (2/8/2023).
"Jadi, sebelum dia ada drama saya menyadari Zhao Yun Lei kalah dari Christina Pedersen karena China berambisi All Chinese finals."
"Otomatis saat lihat pertandingan sore hari Wang Xiao Li dan Kim Ha-na seperti buang bola. Tidak mau bermain. Kita bisa lihat di Youtube pertandingannya sangat tidak sportif."
"Dari situ kami berpikir bahwa mereka bermain seperti itu. Jangan-jangan Yu Yang diminta mengalah supaya Zhao Yun Lei bisa ke semifinal karena China merasa sangat percaya diri."
"Dari situ prasangka terjadi antara saya, Meiliana dan Koh Paulus. China dan Korea kok begini mainnya. Kami seharusnya menang karena Wang Xiao Li pasti menang atas Kim Ha-na tidak mungkin kalah."
Greysia berpikir untuk mati-matian melawan Han Jung-eun agar bisa menjadi juara grup dan bertemu Kim Ha-na.
"Korea pun berpikiran yang sama mereka menghindari Wang Xiao Li/Yu Yang pada saat itu karena ada dramanya itu. Saya jujur sudah tahu kalau Wang/Yu kalah. Kalau saya mengalahkan Kim Ha-na, saya akan bertemu Wang/Li," tutur mantan ganda putri Indonesia berusia 35 tahun itu.
"Jujur saya galau kenapa permainan mereka seperti itu. Mereka mempertontonkan hal yang tidak baik. Jadi integritas sebagai atlet goyang. Setelah tanya CdM dan Ketum (PBSI) bagaimana mereka panas dan jadi spotlight kami harus bermain seperti itu."
"Setelah itu, saya mendapat sms dari reporter BWF. Dia bilang, ini sudah menjadi sorotan. Jangan main-main. Dari situ saya bilang, saya harus serius. Apa pun yang terjadi saya dan Meiliana harus bermain yang terbaik. Pemikiran itu, saya sudah tegang, nervous, ditekan di kiri-kanan."
Apalagi, pertandingan Greysia/Meiliana menjadi sorotan.
"Saya masuk lapangan dengan pemikiran saya dan koh paulus, cdm, dan ketum mereka menonton dari atas mengatakan bahwa saya dan Meiliana akan bermain yang terbaik. Terserah hasilnya mau apa saja karena sudah diwanti-wanti reporter BWF," aku Greysia.
"Tetapi, pada kenyataannya Korea yang memegang servis lebih dulu, Saat servis, mereka miring ke sebelah sana. Jadi dari situ ketahuan mereka tidak mau bermain dengan baik. China dan Korea negara yang otoriter. apa pun kata atasan harus menurut."
"Hal itu efeknya jadi ke saya. Saya berpikir tidak adil, saya ingin bermain yang terbaik. Mereka begini, tetapi saya sudah masuk di kandang macan. Itu lihat, saya sudah negosiasi dengan BWF di Youtube. Dulu disiarkan RCTI tetapi di take down semua," ucap Greysia.
"Jadi, tidak ada jejak rekam untuk membela keseriusan kami tim Indonesia. Akhirnya dari situ saya merasa saya harus terima keputusan BWF dan IOC. Pada 2012 ada media gathering belum rileks karena 2012 belum bisa bertemu media, saya sampai memakai topi."
"Sampai di Indonesia saya bersembunyi di rumah dan media mencari kami sampai bulan berikutnya. Salah satu jurnalis mengatakan bahw agaimanapun ini masalah Indonesia dan dunia. Saya baru sadar dari situ."
"Saya takut disalahkan karena netizen yang kontra dengan saya banyak karena dulu sudah banyak medsos. Ke Indomaret takut karena ini sudah masalah negara. Jadi, membuat saya susah mengungkapkan," ucap ibu dari satu putri itu.
Saat bertemu media untuk memberi klarifikasi kejadian saat Olimpiade, Greysia mengaku masih trauma, sedih, dan takut sehingga tidak bisa menjelaskan dengan sempurna.
Namun, di balik musibah Greysia menyadari mengapa dia tidak mengajukan banding.
"Saat itu saya dan Meiliana sangat terpukul karena sistem yang seharusnya jadi keuntungan buat kami malah jadi sesuatu yang merugikan. Baru pertama kali sistem pertandingan bulu tangkis pada Olimpiade berubah dari eliminasi menjadi round Robin," kata Greysia.
"Saya merasa tidak berbuat salah karena saya sudah ada di grup spot light jadi saya harus menerima. Balik dari situ saya bicara ke CdM Erick Thohir dan Ketua Umum PBSI. Greysia/Meiliana minta banding. Korea dan China juga minta banding."
"Saya jatuh dan Indonesia tidak bisa membela. Saya mendengar hal serius. IOC bilang kalau atlet tidak dihukum, bulu tangkis bisa tidak diperhitungkan ke Olimpiade dan masuk daftar cabang olahraga yang didepak dari Olimpiade kalau protes."
"Maafkan kalau Meiliana dan Greysia yang jadi korban. Keputusan ini bukan hanya menyelamatkan kami berdua, tetapi juga dunia bulu tangkis. Kalau tidak ada bulu tangkis, Indonesia mengandalkan dari olahraga mana. Setelah itu pada 2020 medali emas itu akhirnya buat saya."
Menurut Greysia, kejadian Olimpiade London tidak menjadi karma, tetapi menjadi buah medali emas yang didapat saat dia berusia 33 tahun.
"Padahal, menuju 2020 saya sempat khawatir dan sempat ingin berhenti beberapa kali dari bulu tangkis. Setelah tidak jadi berhenti. Kami sudah ada planning nikah 2017 dan off dari dunia perbulutangkisan," ucap Greysia.
"Saat dipasangkan dengan Apriyani pada 2017 dan jadi juara lagi. Setelah 5 bulan peringkat ke-11 dan gelar lain. Ketika dicoba jalani dengan gembira meskipun ada problematika semua berjalan dengan baik."
"Karakter yang harus dimiliki untuk mencapai impian, keetika saya tahu ingin menjadi juara olimpiade sejak 13 tahun setelah ada prioritas ada komitmen. Komitmen ini yang mengarah ke kerja keras untuk mencapainya."
Selain itu menurut Greysia, ada sistem dukungam (support system) yang bukan hanya dari keluarga, pelatih, tetapi juga media.
"Dengan ada ini, fokus ke tujuan. Setelah itu ada tangan tangan yang membantu, tangan Tuhan yang membantu saya. Ini bukan semata-mata kerja keras saya, tetapi juga ada pihak yang mendukung saya. Media bagian dari kesuksesan saya," ucap Greysia.
Greysia memutuskan pensiun setelah Indonesia Masters 2022.
Komentar