Pangamat: Kegagalan Timnas U-20 di Piala Asia Tidak Mengejutkan - Beritasatu

 

Pangamat: Kegagalan Timnas U-20 di Piala Asia Tidak Mengejutkan

Rabu, 8 Maret 2023 | 13:50 WIB
Oleh: Jaja Suteja / JAS

Aksi kiper Timnas U-20 Indonesia, Daffa melakukan penyelamatan ketika menghadapi Uzbekistan di Piala Asia U-20.
Aksi kiper Timnas U-20 Indonesia, Daffa melakukan penyelamatan ketika menghadapi Uzbekistan di Piala Asia U-20. (Foto: @AFC)

Jakarta, Beritasatu.com - Pengamat sepak bola, M Kusnaeni, menyebut kegagalan Timnas U-20 Indonesia lolos dari penyisihan grup di Piala Asia U-20 tidak terlalu mengejutkan. Pasukan Shin Tae-yong tidak tampil dengan materi terbaiknya sehingga daya saingnya juga berkurang.

Advertisement

Timnas U-20 Indonesia hanya bermain imbang tanpa gol dalam pertandingan terakhir penyisihan Grup A melawan tuan rumah Uzbekistan. Hasil ini membuat Indonesia hanya bertengger di posisi ketiga setelah Uzbekistan dan Irak sehingga tersisih dari Piala Asia U-20.

Indonesia sebenarnya memiliki poin yang sama dengan Irak yakni 3 karena sama-sama memetik 1 kemenangan, 1 kali kalah dan sekali seri. Namun Indonesia kalah selisih gol. Indonesia menyerah 0-2 kepada Irak pada pertandingan pertama, menundukkan Suriah 1-0, dan imbang tanpa gol melawan Uzbekistan.

Sementara Irak, kalah 0-1 melawan Uzbekistan dan imbang 1-1 saat melawan Suriah setelah menundukkan Indonesia pada pertandingan pertama.

Advertisement

"Tersingkirnya Timnas U-20 tidak terlalu mengejutkan kegagalan ini. Sebab timnas U-20 memang tidak tampil dengan materi terbaiknya sehingga daya saingnya juga berkurang," kata Kusnaeni kepada Beritasatu.com.

Namun, Kusnaeni, tetap mengapresiasi upaya tim ini yang bisa memetik kemenangan saat melawan Suriah. "Setidaknya kita bisa mengapresiasi perjuangan para pemain yang bisa meraih sekali kemenangan dan sekali hasil imbang. Bagi saya, itu sudah cukup lumayan dengan materi pemain seperti ini," ungkap

Kusnaeni menambahkan kuncinya adalah kurangnya kualitas dan pengalaman Muhammad Ferarri dan kawan-kawan. "Sehingga pada laga pertama tampil gugup dan kurang maksimal. Kalau di laga pertama lawan Irak tidak kalah, mungkin akan beda hasilnya," imbuhnya.

Pelajaran terpenting dari Piala Asia ini, kata Kusnaeni, adalah level permainan timnas U-20 masih perlu ditingkatkan untuk tampil di Piala Dunia U-20 yang digelar Mei 2023 nanti nanti. "Masih dibutuhkan tambahan pemain-pemain berkualitas kalau kita mau bersaing di Piala Dunia," paparnya.

Kusnaeni juga Timnas U-20 benar-benar harus bekerja keras mempersiapkan diri menghadapi Piala Dunia U-20 nanti karena tambahan Marselino dan tiga pemain yang sedang dalam proses naturalisasi belum cukup.

"STY (pelatih Shin Tae-yong) masih perlu didukung untuk mendapatkan pemain bagus lainnya di posisi kiper dan gelandang. Kalau itu bisa didapatkan, saya kira tim ini akan cukup mampu bersaing. Minimal peluang lolos dari fase grup Piala Dunia U-20 akan terbuka," ungkapnya lagi.

Pengamat sepak bola lainnya, Akmal Marhali, mengkritik performa Timnas U-20 yang menerapkan pemain ekstra-bertahan dalam pertandingan terakhir penyisihan Grup A. Menurutnya, kegagalan tim ini bukan cuma soal tidak bisa lolos ke perempat final.

"Kegagalan Timnas U-20 bukan semata karena tidak lolos ke perempat final Piala Asia U-20, tetapi juga gagal dalam banyak faktor. Mukai dari sisi teknis, fisik, dan mental. Timnas tidak tahu caranya mencetak gol. Bahkan melawan Uzbekistan praktis parkir bus. Ini PR besar untuk Piala Dunia U-20 dengan lawan yang pastinya lebih berat," ungkapnya.

Sosok yang juga menjadi koordinator Save Our Soccer (SOS) ini juga mengungkapkan performa Hokky Caraka dan kawan-kawan pada Piala Asia U-20 menunjukkan pelatih STy harus bekerja keras menjelang Piala Dunia U-20 yang akan digelar mulai 20 Mei 2023.

"Ini tugas tidak ringan buat Shin Tae-yong. Pelatnas jangka panjang dengan beberapa kali berlatih di Korea dan Eropa belum menunjukkan hasil signifikan. Waktu dua bulan tersisa harus benar-benar dimaksimalkan. Jangan sampai timnas U20 jafi bulan-bulanan lawan seperti halnya saat Piala Dunia U-20 pada 1979 di Tokyo," ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan mantan pemain Timnas Indonesia, Andjasmara. Dia juga menyoroti permainan Timnas U-20 Indonesia saat bertemu Uzbekistan.

"Main bola itu menyerang bukan parkir bus di depan gawang. Nggak usah main bola kalau seperti itu. STY menerapkan permainan bertahan selama 90 menit. Itu negative football namanya. Sepak bola modern tidak seperti itu," kata Andjas.

Pemain yang membela Timnas Indonesia pada era 1970 hingga 1977 ini juga menyarankan PSSI untuk tak ragu memecat Shin Tae-yong karena tidak bisa membawa tim asuhannya berprestasi. "Timnas U-20 bermain parkir bus saat melawan Uzbekistan. Main bola itu menyerang bukan bertahan selama 90 menit seperti itu," paparnya.

"Di bawah Shin Tae-yong, Timnas U-20 Indonesia terlihat dua kelas di bawah Uzbekistan. Dia juga tidak meminta maaf atas kegagalan ini. Sangat layak kalau dia dipecat," papar sosok yang kini berusia 70 tahun itu.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

TAG: 

Baca Juga

Komentar

 Opsi Arenanews 


 Postingan Lainnya 

Informasi Olahraga Terbaru - Google Berita