Kisah Christian Hadinata, Kawinkan Dua Gelar di Kejuaraan Dunia 1980 - inews

 

Kisah Christian Hadinata, Kawinkan Dua Gelar di Kejuaraan Dunia 1980

Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata. (Foto: Twitter/@bwfmedia)

JAKARTA, iNews.id - Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 1980 merupakan momen ikonik bagi kancah tepok bulu tanah air. Sang legenda, Christian Hadinata begitu tak terbendung di Kejuaraan Dunia edisi tersebut.

Koh Chris, begitulah dia disapa, lahir di Purwokerto pada 11 Desember 1949. Sebutan ‘Koh’ yang melekat pada namanya bukan tak berdasar.

Christian merupakan peranakan Tionghoa, sehingga dia akrab dipanggil 'Koh'. Latar belakangnya itu pula membuat dirinya cocok dan akrab dengan olahraga tepok bulu, sebagaimana orang Eropa yang piawai bermain sepak bola, atau orang Amerika Serikat yang pandai bermain basket.

Tak heran, Christian dengan performa gemilangnya mampu mengawinkan dua gelar sekaligus di sektor ganda putra dan ganda campuran pada Kejuaraan Dunia 1980. Di nomor ganda putra, Christian berpasangan dengan Ade Chandra, sedangkan di nomor ganda campuran duetnya ialah Imelda Wiguna.

Christian Hadinata/Ade Chandra. (Foto: BWF)
Christian Hadinata/Ade Chandra. (Foto: BWF)

Perjalanan Christian di dua sektor tersebut begitu tak terbendung. Langkahnya begitu sempurna hingga mencapai partai puncak. Di final ganda putra, Christian/Ade bersua rekan senegaranya, Hariamanto Kartono/Rudy Harianto.

Christian/Ade tampil kurang meyakinkan di gim pertama, sempat ditaklukkan dengan skor telak 5-15. Namun, darah seorang legenda yang mengalir di nadinya membuat Christian memiliki mental sekeras karang.

Christian/Ade mengamuk di gim kedua, mereka membalas dengan skor serupa, 15-5. Kartono/Rudy kemudian bertekuk lutut di gim pemungkas, Christian Ade pun menutup gim ketiga dengan skor tak berbeda jauh, 15-7.

Di nomor ganda campuran, pasangan Inggris, Mike Tredgett/Nora Perry gigit jari dibuatnya. Sempat bermain sengit di gim pertama kala skor menunjukkan 15-12, Christian/Imelda kemudian mengamuk dengan skor 15-4 di gim kedua.

Namanya pun tercatat sebagai orang kedua yang mampu meraih gelar juara dunia di nomor yang berbeda. Tak hanya itu, Christian juga sukses masuk ke dalam daftar atlet tersukses di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis.

Namun siapa sangka, Christian berlaga di kejuaraan tersebut dengan hati yang begitu gelisah. Jiwanya tak tenang, hatinya terkungkung dalam kekhawatiran.

Pasalnya, moral Christian sebenarnya tengah hancur usai istrinya, Yoke Anwar mengalami kecelakaan. Saat itu, Yoke terpeleset dalam keadaan hamil, kaki sebelah kirinya retak.

Alhasil, Chrisitan menatap Kejuaraan Dunia dengan cemas berlebih. Fokusnya tidak tertuju kepada turnamen tersebut, melainkan nasib sang buah hati.

Foto: PBSI
Imelda Wiguna dan Chistian Hadinata. Foto: PBSI

Christian kemudian menghadap kepada Ketua Umum PBSI saat itu, yakni Sudirman. Secara mengejutkan, Christian mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri di turnamen tersebut.

Namun permintaan tersebut ditolak mentah-mentah. Sudirman mengatakan bahwa harga diri bangsa dan negara tengah dipertaruhkan karena berstatus sebagai tuan rumah.

Apa kata orang jika Indonesia dipermalukan di rumah sendiri. Sudirman kemudian memberi solusi agar Christian tetap fokus berlaga tanpa mengkhawatirkan sang istri dan buah hati.

Sudirman menjamin kebutuhan mobil dan supir agar jika terjadi keadaan darurat, Yoke dan bayi yang dikandungnya akan langsung dilarikan ke rumah sakit. Christian pun mengiyakan.

Keteguhan hati dan mental Christian membuatnya tetap bersikap profesional. Pria yang kini berusia 72 tahun itu tetap berusaha fokus, bahkan mampu keluar sebagai jawara.

Christian lahir dan hidup untuk bulu tangkis. Kala memasuki usia senja, Christian tetap setia mengabdi pada bulu tangkis Indonesia.

Rambutnya memutih, kulitnya mengeriput, drop shot dan smash-nya tak lagi mematikan, namun komitmen Christian pada dunia bulu tangkis tidak pudar. Chrisitan kemudian terjun ke dunia kepelatihan.

Meski tak lagi lincah, panca indera Christian tetap jeli. Dirinya pun mencium dan mengamati potensi bakat-bakat muda yang nantinya akan menjadi raja di sektor ganda.

Kecerdasannya dalam meramu taktik dan strategi begitu tajam. Suaranya begitu tegas memberikan instruksi dari pinggr lapangan.

Hinga kemudian lahir nama-nama besar seperti Ricky Subagja/Rexy Mainaky, atau Candra Wijaya/Sigit Budiarto hingga Tony Gunawan/Halim Haryanto.  Harumnya nama-nama besar mereka tidak lepas dari jasa sang guru para legenda, Christian Hadinata.

Editor : Dimas Wahyu Indrajaya

Bagikan Artikel:
line sharing button

Baca Juga

Komentar

Informasi Olahraga Terbaru - Google Berita