3 Alasan Arema FC Ogah Depak Eduardo Almeida - Bola.net
Bola.net - Protes keras dilayangkan Aremania usai Arema FC bermain imbang 0-0 melawan PSS Sleman di pekan ke-3 BRI Liga 1 2022/2023. Aremania menuntut pelatih Eduardo Almeida didepak karena dinilai gagal menampilkan permainan atraktif.
Sebenarnya, torehan Arema FC tak terlalu buruk. Mereka mendapatkan empat poin dari tiga laga. Tentu terlalu dini menilai apakah Eduardo Almeida gagal atau tidak.
Namun suporter tak mau tahu. Ekspektasi mereka terlanjur tinggi setelah pelatih asal Portugal itu berhasil memberikan gelar juara Piala Presiden 2022 buat Arema FC.
Manajemen Arema FC punya banyak pertimbangan mempertahankan Almeida sebagai pelatih kepala, dan tuntutan dari Aremania ini bukan kali pertama. Awal musim lalu kondisinya juga sama. Bahkan lebih parah, karena Arema tak bisa menang dalam 4 laga awal.
Paling tidak, ada tiga alasan Arema FC memilih mempertahankan Almeida sebagai pelatih. Apa saja alasannya? Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini ya Bolaneters.
Kontrak Dua Musim
Almeida punya durasi kontrak dua musim ke depan. Artinya hingga pengujung musim 2024 mendatang dia terikat dengan Arema FC.
Jika diputus kontrak sekarang, manajeman Arema harus mengeluarkan kompensasi yang tidak sedikit. Ratusan juta harus dikeluarkan hanya untuk membayar pesangon.
Manajemen Arema FC di bawah kendali pengusaha Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 tentu tak ingin membuang dana cuma-cuma. Hitungan bisnis pasti sudah dilakukan. Sehingga manajemen Arema besar kemungkinan tidak akan menghentikan Almeida di tengah jalan.
Ini berbeda dengan era sebelum dipegang Juragan 99. Arema gampang memecat pelatih di tengah jalan. Mereka menuruti tuntutan Aremania agar tidak kehilangan dukungan.
Pelatih seperti Aji Santoso, Joko Susilo, pernah diganti sebelum kontraknya selesai setelah dapat protes dari suporter di dalam stadion dan media sosial.
Hasil Akhir yang Bagus
Sejak menangani Arema FC awal musim lalu, bisa dibilang kritikan dari Aremania sudah jadi langganan bagi Almeida. Namun dia selalu bisa memberi bukti di akhir musim atau turnamen.
Musim lalu misalnya, sempat sulit menang, Arema FC justru finis di posisi empat. Padahal dalam tiga musim sebelumnya, Arema jadi tim medioker alias papan tengah.
Di Piala Presiden 2022 kondisinya sama. Tapi di akhir musim dia memberikan kejutan dengan jadi juara turnamen tersebut.
Padahal dari segi permainan, Arema lebih banyak bertahan dan mengandalkan serangan balik. Namun itu terbukti efektif ketika berhadapan dengan lawan yang cenderung main lebih menyerang.
Paham Karakter Pemain
Karena menangani Arema FC sejak musim lalu, Almeida sudah paham dengan karakter anak buahnya. Jadi, tidak butuh waktu lama baginya untuk menerapkan skema yang tepat bagi Arema.
Hanya saja, setiap awal musim, sepertinya dia tetap butuh adaptasi. Terutama dengan atmosfer kompetisi.
Karena musim ini berbeda dengan musim lalu, di mana pertandingan sudah digelar home and away dan penonton sudah diperbolehkan memberi dukungan langsung, tekanan di dalam pertandingan akan lebih banyak.
Ketika Arema FC kesulitan mencetak gol, dukungan Aremania akan berubah jadi kritikan. Sehingga beban pemain akan lebih besar. Ini yang sedang ditemukan solusinya oleh Almeida.
Komentar