BRI Liga 1: Polemik Hasil Tes Swab Persebaya, Peringatan Bagi PSSI, PT LIB, dan Stakeholder Sepak Bola Indonesia - bolacom
BRI Liga 1: Polemik Hasil Tes Swab Persebaya, Peringatan Bagi PSSI, PT LIB, dan Stakeholder Sepak Bola Indonesia
Bola.com, Jakarta Para pelatih tim BRI Liga 1 2021/2022 kini tak memiliki otoritas penuh menentukan skuat terbaik yang akan ditarungkan di sebuah pertandingan.
Pandemi COVID-19 memunculkan fenomena yang tak wajar. Pasalnya, skenario yang telah dirancang seorang pelatih sering terbentur hasil tes usap PCR yang dirilis Tim Satgas COVID-19 dari PT LIB.
Karena Satgas COVID-19 memiliki hak penuh memutuskan siapa saja pemain yang layak tampil berdasar dari hasil tes usap PCR yang dilakukan sehari menjelang laga.
"Saat ini bukan pelatih yang menentukan pemain yang akan diturunkan. Ada Satgas COVID-19 yang juga punya peran besar di sebuah pertandingan," kata Javier Roca, pelatih Persik.
Pelatih selalu ingin memainkan komposisi terbaiknya. Rencana ini bisa gagal bila pilar utama tim dinyatakan positif COVID-19 oleh Satgas COVID-19.
Persebaya juga gagal menurunkan Bruno Moreira dan Taisei Marukawa saat dikalahkan Persipura 0-2. Dua gacoan utama Bajul Ijo itu terganjal hasil PCR yang dikonfirmasi positif COVID-19.
Pelatih Aji Santoso pun dilarang mendampingi tim pada pekan ke 23 BRI Liga 1, karena dia juga divonis terinfeksi Corona.
"Skenario kami rusak dan berubah total setelah hasil PCR menyatakan pemain inti kami positif COVID-19. Coach Aji juga absen. Padahal pelatih berperan besar, karena dia yang merancang taktik permainan," ucap Mustaqim, asisten pelatih Persebaya.
Tes Mandiri Persebaya
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,598,20,0)/kly-media-production/medias/3613845/original/014861100_1635268923-20211026BL_Persija_Jakarta_vs_Persebaya_Surabaya_Babak_1_1.jpg)
Manajemen Persebaya berupaya melakukan tes PCR mandiri sebagai pembanding atas hasil dari PT LIB. Dari hasil tes mandiri ternyata Bruno dan Marukawa negatif.
"Tapi kami tetap tak bisa memainkan keduanya. Karena hanya hasil PCR dari PT LIB yang dianggap valid sebagai acuan seorang pemain boleh main atau tidak. Kami pun terpaksa tampil dengan kekuatan yang ada," tutur Mustaqim.
Kebijakan tes mandiri yang dilakukan manajemen Persebaya terhadap pemainnya juga sering dilakukan orang di sektor kehidupan lainnya.
Di dunia medis, seorang pasien selalu mencari second opinion terhadap hasil diagnosa untuk memastikan penyakitnya. Karena, siapa pun pasti tak ingin sakit atau divonis sakit.
Namun langkah Persebaya ini bisa jadi polemik panjang di pentas BRI Liga 1. Dengan hasil tes PCR yang berbeda dari upaya tes usap mandiri dan PT LIB bisa memunculkan masalah baru.
Muaranya nantinya pada kepercayaan para pengelola klub terhadap Tim Satgas COVID-19 PT LIB. Dampaknya bisa lebih parah, bila sudah muncul kecurigaan dan rasa tak percaya antara klub, PSSI, dan PT LIB.
Baca Juga
Minta Ketegasan PSSI
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,598,20,0)/kly-media-production/medias/3591308/original/067966000_1633281951-5_20211003BL_Persebaya_Surabaya_vs_PSIS_Semarang_Babak_1_12.jpg)
Asisten pelatih Persebaya, Mustaqim, mengeluarkan pernyataan satire di sesi jumpa pers usai laga kontra Persipura. "Jangan ada yang menari di atas penderitaan orang lain," kata Mustaqim.
Ucapan Mustaqim ini memang tak langsung ditujukan kepada Persipura yang sukses menjegal Persebaya dengan skor 2-0.
Tapi secara tersirat Mustaqim menyampaikan pesan akhlak dan moral agar tak ada pihak-pihak memanfaatkan kondisi tim yang pemainnya banyak absen karena positif COVID-19 demi kepentingan tertentu.
Jika PSSI dan PT LIB tak segera mengambil langkah tegas bakal mengganggu jalannya kompetisi secara keseluruhan. Federasi dan operator harus menggelar rapat darurat untuk mencari solusi dan menyatukan visi serta misi agar tak ada rasa saling curiga dan menjaga saling percaya antarstakeholder sepak bola Indonesia.