Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Bulu Tangkis Bulu Tangkis indonesia Featured Piala Sudirman Timnas Indonesia

    Sudirman Cup: Kekuatan Terbaik Indonesia Satu Dekade Terakhir - CNN Indonesia

    5 min read

     

    Sudirman Cup: Kekuatan Terbaik Indonesia Satu Dekade Terakhir

    Greysia/Apriyani sudah memberi bukti nomor ganda putri bisa diandalkan. (REUTERS/HAMAD I MOHAMMED)

    Jakarta, CNN Indonesia --

    Tim Indonesia di Piala Sudirman 2021 di atas kertas punya kekuatan terbaik dibandingkan tim-tim Indonesia di tahun sebelumnya pada satu dekade terakhir.

    Pada dekade 2010-an, Indonesia terbilang kesulitan bersaing di Piala Sudirman. Indonesia tak mampu menembus babak final dan hanya tiga kali menjejakkan kaki di babak semifinal. Indonesia bahkan sempat terhenti di fase grup pada 2017.

    Salah satu permasalahan Indonesia sehingga sulit berbicara banyak di Piala Sudirman adalah kekuatan yang tidak merata di lima sektor yang dipertandingkan.

    Sebagai contoh, di semifinal Sudirman Cup 2015, Indonesia kalah 1-3 dari China di babak semifinal. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sempat merebut satu poin di partai awal tetapi setelah itu China meraih angka dari tunggal putri, tunggal putra, dan ganda putri.

    Saat itu Indonesia tak punya pemain papan atas di nomor tunggal putri sedangkan Jonatan Christie yang turun di nomor tunggal putra juga masih belia.

    Ahsan/Hendra jadi salah satu pemain paling berpengalaman di tim Indonesia. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

    Sementara di Piala Sudirman 2019, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juga sempat memenangkan poin pertama untuk Indonesia. Tetapi kemudian Jepang merebut tiga poin berikutnya lewat Akane Yamaguchi, Kento Momota, dan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.

    Dua tahun berselang, Indonesia kembali datang untuk coba membawa Piala Sudirman pulang. Dari kekuatan terkini, Indonesia bisa dibilang memiliki kekuatan terbaik dalam satu dekade terakhir.

    Faktor Greysia Polii/Apriyani Rahayu jadi salah satu pembeda. Berkat kemenangan di Olimpiade Tokyo 2020, Greysia/Apriyani membuktikan bahwa nomor ganda putri bisa jadi andalan untuk memberikan poin kemenangan.

    Tim Indonesia di Piala Sudirman 2021 di atas kertas punya kekuatan terbaik dibandingkan tim-tim Indonesia pada satu dekade terakhir.

    Di nomor tunggal putra, Anthony Ginting yang meraih medali perunggu Olimpiade bakal jadi ujung tombak utama. Jonatan Christie juga punya level yang tak jauh berbeda sehingga pilihan formasi bergantung pada tipe lawan yang dihadapi.

    Pada nomor ganda putra, Indonesia punya lapisan tebal seiring kehadiran Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

    Kegagalan di Olimpiade bakal membuat skuad ganda putra Indonesia termotivasi menebusnya di Piala Sudirman. Dengan format dasar ganda putra jadi nomor pertandingan pertama, bila tanpa ada pemain yang rangkap, hal ini bakal jadi keuntungan Indonesia.

    Sementara itu hal yang kurang lebih sama ada di nomor ganda campuran. Meski Praveen Jordan/Melati Daeva gagal di Olimpiade, level permainan mereka sejatinya ada di papan atas.

    Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mengembalikan kok ke arah ganda campuran China Si Wei Zheng/Ya Qiong Huang dalam perempat final Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Rabu (28/7/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.

    Praveen/Melati punya kualitas papan atas bila mampu tampil di level terbaik. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

    Dari segi kualitas, Praveen/Melati masih sangat diharapkan untuk bisa menyumbang poin. Bila nomor ganda campuran ditempatkan sebagai partai penentuan, Praveen/Melati pun sudah cukup senior dan berpengalaman untuk menanggung beban berat tersebut.

    Empat nomor yang punya kualitas papan atas dunia membuat Tim Indonesia di Sudirman Cup 2021 ini punya kekuatan yang menjanjikan. Mereka punya kualitas untuk melangkah jauh di turnamen ini bila dibandingkan pencapaian tim-tim Indonesia sebelumnya dalam satu dekade terakhir.

    Di atas kertas, nomor tunggal putri memang terbilang lemah dibanding empat nomor lain. Namun bukan berarti tunggal putri Indonesia bakal selalu jadi 'kartu mati'.

    Lihat Juga :

    Komentar
    Additional JS