"Emptyhad", Mengapa Kandang Manchester City Lebih Penuh Di Liga Inggris Ketimbang Liga Champions? | Goal.com
Pada Kamis (16/9) dini hari, Etihad Stadium hanya akan terisi dua pertiga dari kapasitas saat Manchester City memulai kampanye Liga Champions mereka lawan RB Leipzig.
Tiga hari kemudian, stadion yang sama akan menampung 53.500 penonton ketika mereka menjamu Southampton, tim papan bawah klasemen sementara Liga Primer Inggris musim ini.
Secara teori, pertandingan melawan Leipzig seharusnya menjadi pertandingan yang lebih menghibur dan sulit, sekali pun tim asal Jerman itu memiliki performa yang kurang bagus di awal Bundesliga musim ini.
Lagi pula, mereka datang dengan menyandang status sebagai runner-up Bundesliga, hanya kalah dari Bayern Munich sang juara musim lalu. Belum lagi mereka mampu lolos dari grup neraka Liga Champions musim lalu, menemani Paris Saint-Germain usai menggebuk Manchester United.
Tapi memang ajang Liga Champions cenderung diabaikan oleh suporter City di bulan-bulan awal musim ketika jadwal pertandingan padat dan berdekatan, meski sebenarnya trofi kompetisi antarklub elite Eropa tersebut masih menjadi idaman The Cityzens.
Bagi penggemar di rumah yang menonton di televisi, kompetisi ini wajib ditonton, dengan setiap pertandingan tersedia untuk ditonton dari kenyamanan kursi mereka. Namun, bagi mereka yang secara rutin menonton pertandingan City, Liga Champions bukan hal yang wajib mereka tonton.
Akan ada ejekan dari beberapa pihak, dengan cemoohan 'Emptihad' yang sudah sering dilontarkan para fans rival mengenai sepinya stadion mereka. Tapi tidak seperti kebanyakan fans klub lain, pendukung City yang mengikuti pertandingan diambil dari basis penggemar yang lebih kecil dan lebih setia daripada beberapa rival mereka, dan mereka masih menambah jumlah penggemar kasual yang senang pergi ke pertandingan sesekali dan bersyukur ketika ada kesempatan.
Sebagian besar penonton adalah pengunjung tetap yang memegang tiket musiman dan, di saat adanya krisis finansial akibat pandemi COVID-19, tidak memungkinkan bagi banyak orang untuk datang ke stadion menyaksikan langsung jalannya pertandingan.
Dari 35.000 pemegang tiket musiman, sekitar setengahnya mendaftar untuk mendapatkan kursi tetap, dengan kebanyakan di antara mereka lebih senang memilih hadir di laga-laga Liga Primer.
Ada juga sejumlah besar pendukung yang belum merasa nyaman kembali ke stadion, dengan COVID-19 masih memengaruhi kekhawatiran mereka untuk berkerumun di stadion.
Sekitar 2.500 pemegang tiket musiman telah diizinkan untuk menunda masa langganan mereka selama 12 bulan, dengan opsi untuk kembali menonton pada musim 2022/23, sementara klub hanya menjual kembali tiket tersebut berdasarkan pertandingan per pertandingan.
"Ketika tidak ada banyak uang yang berputar, Anda harus sedikit selektif tentang pertandingan mana yang mau Anda tonton," Kevin Parker, sekretaris klub suporter resmi Manchester City, memberitahu Goal.
"Saya tidak akan pernah mengkritik siapa pun karena Anda tidak pernah tahu keadaan pribadi."
"Sayangnya City diserang dengan hal ‘Emptihad’ ini, meskipun faktanya secara umum tingkat kehadiran kami sama baiknya dengan yang ada di Liga Primer. Dukungan tandang kami sama bagusnya dengan siapa pun. Dukungan di Leicester, misalnya, pada hari Sabtu luar biasa. Tribune suporter tandang penuh dan itu adalah atmosfer yang fantastis."
Eropa dan City tidak pernah bersahabat, dengan memang adanya persepsi bahwa sang juara Liga Primer tidak pernah disambut dengan hangat oleh para raksasa tradisional Eropa karena tidak nyaman dengan kekuatan finansial mereka.
Fans masih mencemooh lagu Liga Champions sebelum pertandingan, dan permusuhan terhadap UEFA meningkat ketika klub disanksi dua tahun karena melanggar aturan Financial Fair Play (FFP) pada 2020. Keputusan itu kemudian dibatalkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Ketidakpuasan terhadap UEFA sudah berlangsung sejak lama, dengan sejumlah insiden - seperti penggemar Porto diberi denda kecil karena melecehkan pemain City Mario Balotelli pada 2011 atau dipaksa memainkan pertandingan tandang secara tertutup melawan CSKA Moskwa di depan ratusan pendukung tuan rumah - membuat pendukung City kesal.
Namun, itu tidak menghilangkan keinginan untuk memenangkan kompetisi, bahkan jika Liga Primer tetap menjadi target utama di kalangan fans.
"Beberapa penggemar City pasti masih memiliki perasaan permusuhan terhadap UEFA yang mengakar dan mungkin tidak akan hilang dalam semalam," kata Parker. "Tapi ini bukan soal Liga Champions-nya, tapi lebih ke UEFA sebagai sebuah organisasi dan mereka adalah dua hal yang berbeda."
"Saya pergi ke Porto [untuk final musim lalu] dan tentu saja saya kecewa kami kalah. Tapi bagi saya rasanya tidak sama dengan kalah bersaing dengan Liverpool untuk bersaing memperebutkan Liga Primer dua tahun lalu."
"Kami kalah di [final] Liga Champions dari Chelsea, tapi saya lebih baik kalah di sana daripada kalah di Liga Primer dari mereka. Itulah yang saya rasakan tentang hal tersebut, dan saya pikir cukup banyak fans yang merasakan hal yang sama."
6.000 penggemar yang melakukan perjalanan ke Portugal pada Mei lalu menunjukkan bahwa ada antusiasme di antara basis suporter untuk melihat tim meraih kejayaan di Eropa, dan juga ada malam besar Eropa di Etihad dengan pertandingan-pertandingan fase gugur mendebarkan melawan PSG, AS Monaco dan Tottenham Hotspur di tahun-tahun sebelumnya.
Tapi fase grup seringkali diabaikan, terutama dalam beberapa musim terakhir ketika pasukan Pep Guardiola lolos dengan nyaman ke babak 16 besar tanpa menghadapi raksasa Eropa sejati.
Tahun ini mungkin berbeda, dengan PSG akan tiba pada akhir November untuk pertandingan grup Liga Champions terberat yang dihadapi City sejak tim Guardiola menghadapi Barcelona di musim pertamanya sebagai pelatih lima tahun lalu.
"Beberapa orang telah dirumahkan, beberapa orang kehilangan pekerjaan dan beberapa harus memilih pertandingan mana yang mau mereka tonton sampai batas tertentu," kata Parker.
"Saya kira ketika Anda terundu di grup di mana Anda akan menghadapi Club Brugge, Leipzig dan PSG, Anda mungkin harus memikirkan tiket mana yang akan Anda prioritaskan untuk uang Anda."
"PSG akan menjadi pertandingan yang menarik dengan adanya [Lionel] Messi, Neymar dan [Kylian] Mbappe, dan kemudian tim yang lebih menarik muncul dari grup lain, jadi saya pikir itu sesederhana itu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar